Keluhkan kualitas air
Selain perbedaan harga dengan tetangganya, warga mengeluhkan kualitas air. Suleha merasakan perbedaan kualitas air sejak tiga tahun lalu tinggal di sini dan saat ini. Ia adalah salah seorang penghuni hasil relokasi rumah di kawasan Palmerah.
"Dulu itu airnya masih kuning, ke cucian juga gitu. Malah ada kayak ulet-ulet kecil. Sekarang emang udah bersih (dan) bening tapi airnya licin kalau ke kulit bikin gatel, kadang bau kaporit. Buat cuci baju sih aman enggak ada kuning nodanya, mungkin dari (kaporit) itu kali ya," jelas Suleha.
Hal senada dikatan Sulis. Ia memilih menggunakan air dari rusun hanya untuk mandi dan mencuci serta usaha warung kopinya di lantai bawah. Sementara untuk masak, ia membeli air galon.
"Kalau untuk warung airnya ambil dari selang di taman aja. Enggak bayar dan enggak kena bayaran sewa," kata Sulis.
Yulis, Tata Usaha Rusun Pesakih mengatakan kalau di kantor pengelola rusun telah menerima keluhan penghuni terkait biaya air yang berbeda-beda dan masalah kualitas air.
"Sekarang yang lagi banyak protes soal bayaran air sejak sudah tidak subsidi lagi. Kita kan menghitung tagihan berdasarkan meteran," kata Yulis.
Petugas melakukan pengecekan meteran yang kemudian menuliskan harga serta ukuran per meter kubik pada lembar yang tertempel di jendela masing-masing rumah.
Keluhan terkait kualitas air juga telah diterima oleh kantor pengelola, tapi ia mengaku tak merasakan hal serupa dengan penghuni rusun.
"Ada yang bilang badannya gatal-gatal sama air di sini. Tapi kami di sini pakai air enggak apa-apa padahal sama aja," tambah Yuli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.