Di sanalah Ahmad Nitikusumah mendapat julukan sebagai Si Pitung.
Baca juga: Agus Kunjungi Makam Si Pitung
"Ahmad Nitikusumah dibilang Si Pitung karena dia yang paling jago, paling lihai, dan paling sering melawan Belanda," katanya.
Meski dikenal sebagai perampok, Si Pitung tidak mengambil semua harta perampokan.
Ia membagikan hasil rampokan yang kepada rakyat yang ditemuinya.
Baca juga: Jejak Sunyi Si Pitung di Marunda
"Jadi Si Pitung ini dianggap pemberontak oleh Belanda, tetapi buat orang-orang Betawi dianggap pahlawan," kata Sukma.
Tak tercatat sejarah
Meski sosoknya melegenda, kisah Si Pitung rupanya tidak tercatat oleh masyarakat Indonesia pada saat itu.
Bahkan, potret Si Pitung pun tidak pernah terekam.
"Kalau mau tahu gerakan Si Pitung pada masa itu, ya, dari koran-koran Belanda saja, koran kita (Indonesia) enggak ada yang menulis sama sekali. Terus enggak ada yang foto padahal fotografi sudah ada, lukisannya juga enggak ada," ucap Sukma.
Baca juga: Jokowi-JK Kalah di Kawasan Rumah Si Pitung Marunda
Ia mengatakan, kisah Si Pitung terakhir tercatat pada 7 Juni 1896 oleh sebuah koran berbahasa Belanda.
Setelah itu, ada kabar Si Pitung dimutilasi ke dalam tiga bagian. Pasalnya, Si Pitung tidak akan mati secara total apabila tubuhnya tidak dipotong menjadi tiga bagian.
Baca juga: Ahok: Si Pitung International Airport, Keren Juga Ya!
"Jadi sekarang ada masyarakat percaya bahwa di Slipi itu ada makam Si Pitung. Itu badannya Si Pitung, jadi itu makam hanya satu dan kepala sama kakinya konon dibawa ke Belanda," katanya.
Minim koleksi