JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan wajah perkeretaapian Indonesia kian dirasakan para pemudik yang kerap menggunakan kereta api untuk perjalanan menuju kampung halaman.
Tumadi, penumpang kereta api yang hendak menuju Madiun, Jawa Timur, misalnya, menilai pelayanan kereta api saat ini sudah jauh berubah. Tumadi ingat, tahun 2005, pelayanan kereta api jauh dari baik.
Soal tempat duduk misalnya, meski telah membeli tiket, itu tak memastikan Tumadi bisa duduk di kereta. Istilah "siapa cepat dia dapat" masih berlaku saat itu.
"Kalau dulu saya harus nyari tiket ke Tanah Abang, nyari tempat duduk susah banget. Kalau dulu sebelum kereta berangkat, kita enggak boleh ninggalin tempat duduk, kalau enggak ya diambil orang," ujar Tumadi saat berbincang dengan Kompas.com di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (11/6/2018).
Baca juga: PT KAI Berangkatkan 24.922 Penumpang dari Stasiun Senen Hari Ini
Saat itu, kenang Tumadi, kesemrawutan terjadi juga sepanjang perjalanan. Di atas kereta banyak penjual makanan yang berjualan.
Tumadi mengatakan, sekarang kondisi sudah jauh berbeda. Setelah membeli tiket, kini Tumadi tak perlu berjibaku untuk mendapatkan tempat duduk. Tumadi hanya perlu berangkat lebih awal agar tidak terlambat karena kemacetan di Jakarta.
"Wah, dulu penjual makanan masih banyak. Tapi sekarang pelayanan sudah jauh lebih baik," ujar Tumadi.
Dani, penumpang kereta lainnya menceritakan pada tahun 2000-an, dia harus berdiri selama enam jam di dalam kereta dari Solo menuju Surabaya. Saat itu, kata Dani, pelayanan di kereta tidak terlalu baik.
Meski tempat duduk telah penuh, kereta tetap bisa dinaiki. Mau tidak mau, para penumpang harus berdiri jika ingin sampai ke tujuan.
"Dulu banyak berdiri, ya ditahankan 6 jam, bahkan sampai toilet berdirinya," ujar Dani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.