JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Sekolah (Kepsek) SMKN 22 Jakarta, Uju Juhiwa, mengakui, mati surinya kegiatan ekstrakulikuler di sekolahnya merupakan kekhilafannya. Ia juga mengemukakan bahwa ada kesalahpahaman antara dirinya dengan para siswa soal keberadaan dana untuk kegiatan ekstrakulikuler itu.
"Jadi ini hanya miss-komunikasi. Saya lupa menyampaikan, khilaf atau gimana, manusiawi Mbak. Mungkin kurang terdengar informasi ini," kata Uju, Kamis (9/8/2018).
Senin lalu Uju didemo siswanya sendiri dan para alumni SMKN 22. Mereka menuntut adanya transparasi dana ekstrakulikuler (ekskul). Soalnya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah itu mati suri selama setahun terakhir.
Baca juga: Soal Dana Ekstrakurikuler, Siswa dan Alumni SMKN 22 Demo Pihak Sekolah
Uju mengatakan, masalah itu hanya kesalahpahaman antara dirinya dan para siswa. Dana ekskul selama hampir setahun terakhir ini tidak digunakan karena, antara lain, pelatih kegiatan-kegiatan ekskul tidak bersertifikat.
"Terkait transparasi dana itu miss-komunikasi. Ternyata aturan yang baru pelatih harus bersertifikat. Harus buat lamaran, program, dan terakhir ada surat tugas dari kepsek sebagai pelatih ekskul," ujar dia.
Karena pelatih tidak bersertifikat, tidak ada pula kegiatan. Dana tidak terpakai dan secara otomatis ditarik dan dikembalikan ke kas negara.
Ia menyebutkan, dana-dana itu sama sekali tak terpakai oleh pihak sekolah untuk keperluan lain.
"Kalo tidak terpakai akan balik ke kas negara otomatis sistem yang narik. Sisa sekian otomatis ketarik itu di gubernur ketahuan," ujar dia.
Uju berjanji, dia akan mengaktifkan kegiatan ekskul sesuai arahan dan binaan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
"Selanjutnya nanti akan rapat dulu dengan OSIS. Dan pasti berjalan. Nanti paling mulai berjalannya September, Oktober sesuai anggaran," ucap Uju.