Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Kantor Lurah Jembatan Besi yang Diperjuangkan di APBD-P 2018...

Kompas.com - 07/09/2018, 10:19 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Masuk ke lantai satu bangunan, langsung terlihat loket sederhana pelayanan PTSP di bagian kiri setelah pintu utama. Di sisi samping loket tersebut tampak kardus-kardus berisi arsip tertumpuk.

Menurut Erik, tak tersedianya rak arsip membuatnya terpaksa meletakkan arsip-arsip di lokasi tersebut.

"Kalau ditaruh di kardus begini ya susah nyarinya. Tapi mau gimana lagi. Arsip juga pasti bakal cepet rusak," ucap dia.

Bangku tunggu PTSP tersebut berada di seberang loket. Hanya ada satu baris kursi yang diletakkan berdekatan dengan akses keluar masuk gedung tersebut.

Di dekat ruang PTST terdapat ruang PKK yang aktif digunakan. Namun, ruangan tersebut sangat pengap tanpa pendingin ruangan.

Berjalan ke belakang, kondisinya tetap sama. Di lokasi tersebut terdapat dapur umum atau yang kerap disebut pantri.

Baca juga: Pemkot Ingin Matikan Anggaran Kantor Lurah Jembatan Besi, DPRD DKI Meradang

 

Namun, bukanlah pantri yang mewah, di tempat tersebut pantri berupa dapur kumuh yang jauh dari kata rapi dan bersih.

Sejumlah plafon pun terlihat berlubang. "Di sini kalau hujan itu air ngalir saja terus, bocor," sebut Erik.

Di lantai dua, terdapat ruang kerja lurah, aula, ruang kerja sekretaris kelurahan dan ruangan staf. Di antara ruangan-ruangan tersebut hanya ruang lurah saja yang tampak bagus.

"Ruang lurah sengaja dibuat rapi, takutnya ada tamu kan. Tapi, ya serapi-rapinya ya cuma begini," ujar Erik.

Ruang staf pun sangat memprihatinkan. Udaranya sangat pengap karena minimnya jendela dan lubang angin.

Sirkulasi udara hanya mengandalkan kipas angin dan sebuah AC yang tak lagi terasa udara dinginnya.

Aula yang tersedia di gedung itu pun tak kalah pengap. Dengan luas ruangan sekitar 8x4 meter, hanya ada satu AC di sana.

Lantainya pun sudah sangat buruk. Padahal, ruangan tersebut masih aktif difungsikan sebagai tempat berkumpulnya warga.

"Kita saja sedikit ngerasa panas, gimana kalau puluhan warga di sini. Pasti lebih terasa panas," ujar Erik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com