Kendati demikian, hanya pedagang ber-KTP DKI Jakarta yang diperbolehkan berjualan di skybridge.
Akhirnya, skybridge Tanah Abang dibangun mulai 3 Agustus dan ditargetkan selesai pada 15 Oktober 2018. Selama proses pembangunan, Jalan Jatibaru Raya harus ditutup karena alasan keselamatan.
Pemprov DKI tak mau mengambil risiko dengan membiarkan pengendara dan orang berlalu lalang di bawah area konstruksi.
Penutupan jalan bersifat sementara. Selama proses pembangunan, pada pukul 04.00-19.00 WIB, sebagian badan Jalan Jatibaru akan ditutup, sedangkan pukul 19.00-04.00 WIB seluruh Jalan Jatibaru akan ditutup dan dilakukan rekayasa lalu lintas.
Proses konstruksi dimulai dengan penggalian tiang pancang dan pengiriman bahan material ke lokasi. Proses fabrikasi baja untuk fondasi skybridge dilakukan di bengkel baja milik PT Nikko Steel di Cikupa, Tangerang.
Baca juga: Masih Ada Pejalan Kaki yang Enggan Menyeberang Lewat Skybridge
Proses fabrikasi itu antara lain mencakup perancangan, pemotongan, pembentukan, penyambungan, dan perakitan baja.
Baja-baja yang dirakit mampu menopang skybridge hingga puluhan tahun karena kekuatan baja yang sudah sesuai standar material untuk struktur. PD Pembangunan Sarana Jaya juga mengirimkan sampel baja ke Universitas Indonesia untuk uji kekuatan.
Pembangunan dibagi dalam 4 zona, yakni Zona A, B, C, dan D.
Zona pertama berada di sekitar Blok G Pasar Tanah Abang. Zona berikutnya mengarah hingga ke Stasiun Tanah Abang.
Jarak dari satu zona ke zona lainnya sekitar 100 meter.
Pengerjaan dilakukan secara bertahap, yakni satu zona dikerjakan selama 10 hari. Skybridge dirancang dapat menampung 446 PKL dengan kios berukuran 2x1,5 meter yang dilengkapi rolling door.
Pembangunan skybridge Tanah Abang tak selalu berjalan mulus. Target penyelesaian skybridge harus molor beberapa kali karena kehadiran para pedagang yang nekat berjualan di sekitar skybridge.
Awalnya, skybridge direncanakan rampung dibangun pada 15 Oktober, namun molor hingga 30 Oktober, lalu diperpanjang lagi hingga 23 November.
PD Pembangunan Sarana Jaya pun beberapa kali meminta para pedagang untuk tidak berjualan di area pembangunan skybridge.
Kurangnya lahan menjadi kendala mengapa Pemprov DKI Jakarta tidak memberikan lokasi relokasi bagi para pedagang Jalan Jatibaru Raya selama proses pembangunan skybridge.
Tidak tersedianya lahan karena kondisi Tanah Abang yang sangat sempit dan dipenuhi permukiman serta pedagang lainnya.
Selain keberadaan pedagang di area pembangunan skybridge, target penyelesaian skybridge molor lantaran ada lima hal yang belum disepakati antara PD Pembangunan Sarana Jaya dan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Salah satunya, soal aset di Jalan Jatibaru Raya, Jakarta Pusat.
Ombudsman RI Perwakilan Jakarta juga menyebut empat hal lainnya yang belum disepakati, yakni arus (flow) penumpang, pintu penghubung skybridge menuju Stasiun Tanah Abang (gate masuk stasiun), sarana prasarana pendukung skybridge seperti toilet, dan keamanan.
Baca juga: Kondisi Jalan Jatibaru Raya Setelah Skybridge Tanah Abang Dibuka
Akhirnya, kedua belah pihak memutuskan menyepakati empat hal, kecuali persoalan aset, pada akhir November. Kedua belah pihak sepakat untuk membicarakan persoalan aset setelah skybridge rampung.
Skybridge Tanah Abang akhirnya rampung dibangun 100 persen pada 30 November. Kendati demikian, 446 pedagang baru bisa menempati kios pada 10 Desember setelah dilakukan uji coba pengoperasian skybridge selama satu pekan.
Skybridge yang rampung dibangun memiliki panjang 400 meter. Di sana terdapat empat unit toilet portabel, 446 unit kios untuk PKL berukuran berukuran 2x1,5 meter, dan sebuah musala.