Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Korban Penguasaan Lahan oleh Kelompok Hercules

Kompas.com - 24/01/2019, 09:52 WIB
Rima Wahyuningrum,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

Mereka datang membawa sejumlah peralatan untuk pemasangan plang seperti linggis, golok, parang, dan cangkul.

"Pas ditelepon (dikabari karyawan ada rombongan datang), saya masih di jalan ke lokasi, saya enggak berani datang," kata Indra dalam kesaksiannya.

Upaya damai

Indra mengatakan, pihak PT Nila Alam sempat berunding dalam upaya damai dengan kelompok Hercules yang menguasai lahan mereka hingga hampir tiga bulan lamanya.

Indra pun sempat diminta untuk mendatangi lokasi oleh terdakwa Bobi, tetapi tidak pernah dilakukannya.

Baca juga: Bos PT Nila Alam Mengaku Ketakutan Saat Didatangi Puluhan Anggota Kelompok Hercules

"(Saya) dipesan, 'Jangan sampai lapor polisi, nanti habis uang banyak, sama kita saja'. Tapi (saya) tidak pernah mau," terang Indra.

Selanjutnya, pihaknya mengirimkan kuasa hukum ke lokasi untuk menemui Bobi dan komplotannya yang berada di lokasi.

Indra mengatakan, pihaknya menjelaskan terkait penyerobotan lahan dan meminta agar mereka keluar.

Tetapi penjelasan tersebut tak membuat mereka pergi, sehingga PT Nila Alam melayangkan somasi.

"Tapi (somasi) juga enggak mau. Jadi jalan terakhir lapor polisi," katanya.

Kerugian

Akibat penguasan lahan PT Nila Alam yang terletak di Jalan Daan Mogot KM 18, Kalideres, Jakarta Barat tersebut, dua dari tujuh penyewa ruko pergi.

Menurut Indra, mereka pergi karena merasa tidak nyaman dengan kehadiran kelompok Hercules.

Sebab, penyewa ruko dimintai iuran oleh Bobi dan kelompoknya di lapangan sebesar Rp 500.000 per bulan alih-alih uang keamanan.

Baca juga: Bersaksi di Sidang Hercules, Direktur PT Nila Alam Sebut Bangunannya Dirusak

Indra mengatakan, para penyewa membayar uang sewa Rp 50-70 juta per tahun dan tidak ada penarikan biaya lainnya seperti untuk keamanan. 

"Ada kerugiannya, sebagian penyewa belum selesai habis kontrak sudah pindah, enggak mau perpanjang karena sudah enggak nyaman," kata Indra dalam sidang.

Selain kerugian kehilangan penyewa, PT Nila Alam juga mengalami kerugian akibat perusakan terhadap kantor pemasaran.

Adapun yang rusak adalah bagian engsel pintu yang dibuka paksa oleh kelompok Hercules.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com