Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Saksi Curigai Haris sebagai Pembunuh Satu Keluarga di Bekasi

Kompas.com - 01/04/2019, 20:53 WIB
Dean Pahrevi,
Dian Maharani

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Sidang kasus pembunuhan satu keluarga Daperum Nainggolan di Bekasi dengan terdakwa Haris Simamora beragendakan mendengar keterangan para saksi di Pengadilan Negeri Bekasi, Senin (1/4/2019).

Salah satu saksi bernama Mangaratua mengaku sudah curiga dengan Haris terkait tewasnya keluarga Daperum.

Mangaratua selama ini ikut bekerja di warung milik korban.

Dia bercerita, saat Senin (12/11/2018), ia sedang berada di rumah korban dan mengobrol dengan Maya, istri Daperum.

Obrolan itu membahas tentang dirinya yang sedang mencari pekerjaan. Maya pun bercerita bahwa ada saudaranya bernama Haris yang bekerja di sebuah pabrik di Cikarang, Kabupaten Bekasi.

Baca juga: Ucapan Korban Ini Membuat Haris Rencanakan Pembunuhan Satu Keluarga di Bekasi

"Kata Kak Maya, Haris bisa masukin orang kerja di tempat dia bekerja. Dengan syarat bawa data diri sama uang Rp 1,5 juta," kata Mangaritua di ruang sidang Pengadilan Negeri Bekasi, Senin.

Mangaritua pun setuju dengan tawaran Maya. Mangaratua kemudian pulang ke rumah kontrakannya di Glodok, Jakarta Barat untuk mengambil data dirinya.

"Jam setengah 18.00 sore saya pulang ke Glodok untuk ambil data diri saya. Kak Maya juga bilang saya mesti balik lagi ke rumahnya besok pagi untuk kasih data diri saya ke Haris karena ka Maya dan Haris mau ke Tanah Abang beli perlengkapan Natal," ujar Mangaritua.

Keesokan harinya pada Selasa pukul 06.00 WIB, Mangaritua menerima pesan Whatsapp dari Haris bahwa data dirinya sudah dimasukkan ke perusahaan tempat Haris bekerja.

Baca juga: Haris Simamora Didakwa Pembunuhan Berencana terhadap Satu Keluarga di Bekasi

Dia pun bingung Haris bisa mendapatkan nomor ponselnya. Padahal dia belum pernah bertemu Haris sebelumnya.

"Sekitar jam 6.00 pagi di-WA sama Haris, dia ngomong menyuruh saya ke Terminal Cikarang 2, 'Aku sudah bayar uangnya, ini sudah pasti masuk, bawa baju secukupnya,' kata Haris. Saya dari kosan teman langsung pulang ke kosan saya," tutur Mangaritua.

Terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Haris Simamora usai jalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Bekasi, Kota Bekasi, Senin (11/3/2019).KOMPAS.com/DEAN PAHREVI Terdakwa kasus pembunuhan satu keluarga di Bekasi, Haris Simamora usai jalani sidang perdana di Pengadilan Negeri Bekasi, Kota Bekasi, Senin (11/3/2019).

Mendapat WA dari nomor HP Daperum Nainggolan

Mangaritua hanya mengiyakan permintaan Haris yang menyuruhnya ke Terminal Cikarang 2. Tak lama kemudian, dia menerima pesan dari sepupunya bahwa ada perampokan di rumah korban yang menewaskan Daperum dan keluarganya.

"Saya disuruh cepat ke Pondok Gede (rumah korban), saya langsung hubungi Haris bahwa saya enggak bisa ke Cikarang karena keluarga Nainggolan dirampok dan dibunuh. Saya juga suruh Haris ke Pondok Gede tapi dia bilang mau izin dulu sama kantornya," ujar Mangaritua.

Mangaritua pun kembali dihubungi sepupunya untuk cepat ke rumah korban dia juga kembali menghubungi Haris untuk segera ke rumah korban juga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com