JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang perusakan barang bukti dengan terdakwa mantan Plt Ketua PSSI Joko Driyono atau Jokdri kembali digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (28/5/2019).
Jaksa Penuntut Umum menghadirkan 7 orang saksi yang terdiri dari empat penyidik Satgas Anti Mafia Bola, dua karyawan Jokdri, dan satu orang sekuriti.
Salah satu penyidik Satgas Anti Mafia Bola Ipda I Gusti Khrisnai mengatakan, Jokdri memerintahkan dua orang karyawannya, Gus Mulyadi dan Muhammadiyah Mardani Morgot alias Dani untuk menghancurkan dokumen yang berada di kantornya di Rasuna Office Park pada 1 Februari 2019.
Baca juga: Jaksa: Jokdri Perintah Anak Buah Ambil Dokumen dan Notebook Saat Ruangan Dipasang Garis Polisi
Perintah itu diberikan karena tim Satgas Anti Mafia Bola sebelumnya telah menyegel kantornya itu pada 31 Januari. Polisi menyegel dan berencana memeriksa ruangan tersebut guna mencari barang bukti kasus pengaturan skor.
Khrisna mengatakan, tanggal 1 Februari pukul 01.00, Dani dan Gus Mulyadi masuk ke ruangan Jokdri yang diberi garis polisi. Setelah masuk, mereka menghancurkan kertas dokumen dengan mesin pemotong.
"Pas tanggalan 1 (Februari) sekitar jam 10.00 pagi kami baru lakukan penggeledahan. Ternyata kami dapati ada potongan kertas dan sebuah mesin kertas," ujar Khrisnai saat bersaksi dalam persidangan.
Baca juga: Jaksa: Jokdri Hilangkan Rekaman CCTV Kantor Liga Indonesia
Mesin kertas tersebut terletak di bagian dapur kantor Jokdri. Khrisna menduga jika dokumen tersebut sengaja dihancurkan karena berkaitan dengan barang bukti.
"Kami langsung curiga kenapa ada dokumen potongan kertas. Kami langsung interogasi Mulyadi yang kebetulan ikut melakukan penggeledahan dengan kami," kata dia.
Saat diinterogasi, Mus Mulyadi akhirnya mengaku jika dirinya dan Dani disuruh menghancurkan dokumen oleh Jokdri.
Jokdri yang tengah berada di luar negeri berkirim pesan WhatsApp kepada Mus Mulyadi.
"Terdakwa dalam pesannya berkata 'tolong amankan dokumen di dalam kantor' kira kira seperti itu. Baru terdakwa menelepon langsung untuk menghancurkan dokumen tersebut," ucap dia.
Tidak hanya dokumen, Mus Mulyadi dan Dani juga mengambil rekaman CCTV di depan kantor. Hal itu agar polisi tidak bisa menemukan rekaman jika mereka berdua masuk ke dalam kantor dan menghancurkan barang bukti.
Atas tindakannya, Joko Driyono dituduh melakukan perusakan barang bukti dengan dijerat Pasal 363 atau Pasal 235 atau Pasal 233 atau Pasal 232 atau Pasal 221 Juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.