Bukan tanpa alasan, pilihan kepada partai yang dikenal "millenial" ini lantaran Ia menganggap PSI masih memiliki ekosistem partai yang sehat.
"Menurut saya ekosistem parpol di partai lain itu sudah rusak. Sifatnya itu nepotisme sudah ada backingan oligarkis tertutup. Kalau kita jadi orang baik sendirian di parpol yang lama misalnya itu enggak akan mengubah apa-apa," tuturnya.
Baca juga: Jatuh Bangun Hardiyanto Kenneth, Minoritas yang Dapat Kepercayaan Jadi Anggota Baru DPRD DKI
Ia menjamin, dengan ekosistem PSI yang masih sehat maka dirinya bersama 7 anggota PSI lainnya yang terpilih sebagai anggota DPRD DKI transparan dan anti korupsi.
"Kita anti korupsi enggak ada uang mahar dan lain-lain. Nah ekosistem ini yang kita mau bawa sebagai bentuk perubahan di politik praktis di indonesia dalam hal ini DKI," tambah William.
William berkomitmen bahwa Ia dan PSI akan jauh dari kata korupsi.
Dalam pandangannya, mayoritas wakil rakyat melakukan korupsi karena terlalu banyak menghamburkan uang saat kampanye.
"Sistem politik kita itu terlalu termal kampanye caleg itu bisa 10 milliar 12 milliar jor-joran, jadi enggak cukup dia kalau cuma gaji dan tunjangan. Harus cari masukkan lain," jelas William.
Ia lalu membandingkan dengan dirinya saat kampanye yang hanya mengeluarkan uang kurang lebih Rp 500 juta.
Jika dihitung, William yakin modal tersebut sudah tertutupi ketika Ia mendapat gaji dan tunjangan sebagai anggota DPRD DKI.
"Saya hitung dengan gaji dan tunjangan pasti balik modal jadi kalau di PSI kita menjaga betul pengeluaran caleg. Kita enggak diminta uang mahar, pada saat jadi anggota DPRD pun kita enggak ditarikin duit. Malah pengurus DKI Jakarta sndiri yang nyari duit gitu. Jadi sistemnya itu harus diubah enggak bisa kita ngandalin modal perorangan," kata dia.
Anak kedua dari 3 bersaudara ini lalu memaparkan bahwa dengan modal Rp 500 juta selama kampanya hanya digunakan untuk sosialisasi dan pengenalan diri ke masyarakat.
Layaknya calon anggota DPRD DKI lainnya, William juga melakukan blusukan namun blusukan versi murah.
Baca juga: Ima Mahdiah, Caleg PDI-P Terpilih Bakal Boyong Gagasan Ahok ke DPRD DKI
"Bikin mahal itu kan sebenarnya kalau kita kasih sembako atau uang ke warga. 1 orang bisa 200 sampai 300 ribu itu yang biikin mahal. Saya enggak melakukan itu, saya enggak membagikan sembako enhhak membagikan amplop-amplop uang. Saksi pun hanya di kecamatan jadi sangat murah," paparnya.
Modalnya hanya digunakan untuk konsumsi bersama warga selama kampanye.
Lalu untuk alat peraga kampanye sebagian juga dibantu dari DPP PSI sebagai bentuk dukungan kepada calegnya.
"Spanduk itu pun di DPP itu membantu kita. Stiker kartu nama jadi kita disupport," tutup William.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.