Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gusur Warga Jakasetia Bekasi, Satpol PP dan Ormas Diduga Lakukan Kekerasan

Kompas.com - 02/09/2019, 20:26 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

 

BEKASI, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bekasi kembali melakukan penggusuran di atas lahan gusuran di RT002/RW017 dan RT003/RW002 Kampung Poncol Bulak, Jakasetia, Bekasi Selatan, Senin (2/9/2019).

Di lahan yang telah digusur pada 2016 lalu, berdiri beberapa posko, dapur, dan MCK pribadi yang dibangun warga terdampak.

Mereka tinggal di atas puing-puing bekas rumahnya karena tak memperoleh tanggung jawab apa pun dari Pemerintah Kota Bekasi dalam bentuk penggantian rumah tinggal.

Status tanah yang juga bukan milik pemerintah membuat mereka memilih tetap melawan, lantaran sudah tinggal di sana lebih dari 20 tahun.

"Betul (ada penggusuran di Jakasetia oleh Pemerintah Kota Bekasi). Kondisi di lapangan itu diinisiasi Satpol PP, camat, dan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Ada proyek Kementerian PUPR untuk memanfaatkan lahan tersebutuntuk akses jalan lanjutan. Kami diminta menjamin ketersediaan lahan," ujar Kepala Bidang Pengendalian Ruang Dinas Tata Ruang Kota Bekasi Azhari ketika dikonfirmasi Kompas.com, Senin sore.

Baca juga: Anak Muda hingga Nenek-nenek Korban Penggusuran di Bekasi Demo di Kantor BPN

Dalam penggusuran jilid II yang dilancarkan Senin petang, Pemerintah Kota Bekasi mengerahkan Satpol PP yang dibantu sejumlah ormas.

Belasan warga dan mahasiswa yang sehari-hari berdiam di sana kalah jauh secara jumlah. Bentrok fisik tak terelakkan, warga dan mahasiswa dikepung serta dipersekusi.

"Posisi kami barikade bareng warga sama kawan solidaritas, kami bertahan di posko dapur dan MCK. Ada ormas, karang taruna, Satpol PP. Tidak ada audiensi. Mereka bilang ada surat tugas tapi tidak bisa menunjukkan. Akhirnya backhoe masuk, posko besar digusur," ujar Ova (28) mahasiswa pendamping warga ketika ditemui Kompas.com di lokasi gusuran.

Pelipis Ova lebam dan bengkak. Ia mengaku, keadaan itu akibat dirinya dikeroyok belasan orang dengan aneka seragam. Ia diinjak, ditendang, hingga diseret dan dijambak. Pelipisnya dihantam balok.

Padahal, menurut dia, sejak awal mereka tak melawan sama sekali karena sadar kalah jumlah.

"Saya kena balok secara brutal. Mereka (polisi) seharusnya berpihak pada kami. Padahal mereka (ormas dan karang taruna) teriak, 'Mereka bukan warga, sikat saja, bunuh saja!'. Mereka sengaja menyasar kawan-kawan (mahasiswa)," aku Ova.

Baca juga: Polemik Penggusuran Perumahan di Bekasi, di Antara Klaim Pemkot dan Protes Warga

Ari (27), mahasiswa yang juga setia mendampingi warga gusuran, mengalami juga hal serupa. Ia tak ingat persis siapa yang memukul dirinya saking pukulan itu datang dari segala arah. Leher dan pundaknya tampak masih dihiasi ruam.

"Yang aku ingat, itu rambutku disundut rokok. Sengaja dia. Sampai terbakar rambutku," ujar Ari.

Bahkan, Sukiyati (66) seorang lansia yang terdampak gusuran pada 2016 lalu, juga kena bentrok fisik. Ketika gerombolan Satpol PP bersama ormas dan karang taruna merangsek ke posko warga, Sukiyati ada di belakang barikade mahasiswa.

"Mereka dorong Nenek juga, Nenek jatuh ngejengkang. Posisi sudah begini (telentang), terus berasa kaki nenek ditendang. Satpol PP juga (yang menendang)," cetus Sukiyati mengaku hampir 30 tahun tinggal di lahan itu sebelum rumahnya digilas alat berat 2016 lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com