Atas peristiwa tersebut, para wali murid mengkhawatirkan kondisi kesehatan dari anak-anak mereka yang bersekolah di sana.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berencana untuk menertibkan indstri rumahan tersebut.
Pasalnya, puluhan lapak tersebut dinilai menghasilkan asap yang mencemari lingkungan dan membahayakan warga sekitar.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, puluhan lapak tersebyt kemungkinan akan ditutup.
Pasalnya, puluhan lapak tersebut dinilai menghasilkan asap yang mencemari lingkungan dan membahayakan warga sekitar.
"Pembuatan arang itu juga melakukan pembakaran tidak boleh, dan ini yang salah satu bagian dari instruksi gubernur Nomor 66 Tahun 2019 semua kegiatan yang menyisakan asap itu harus ada ukurannya. Penutupan mungkin dilakukan," ujar Anies.
Mudin Pati, salah satu pemilik usaha pembakaran arang meminta pemerintah mencarikan lokasi baru untuk mereka.
"Jadi kalau kita kan begini, intinya kita berusaha di sini mencari nasi sesuap lah, kalaupun tidak ada jalan keluarnya lagi, enggak ada toleransi lagi kita minta tolong sama pemerintah setempat kita mencarikan lokasi di mana kita,"kata Mudin kepada wartawan di Cilincing, Jakarta Utara, Jumat (13/9/2019).
Mudin telah menjalankan usaha pembakaran arang batok dari tahun 1996 di lokasi tersebut. Namun belakangan mereka sering mendapatkan protes dari masyarakat.
Beberapa kali mediasi telah ia lakukan bersama dengan perwakilan warga.
"Jadikan kita beberapa kali rapat. Kita diusulkan pakai cerobong, kita kan jalanin. Sudah jalanin sekian bulan ternyata ada lagi protes gini gini. Tempo hari kita diusulkan dari jam 18.00 sore sampai jam 06.00 pagi kita operasional ternyata kita sudah enak," ucapnya.
Mudin mengatakan dia justru lebih senang jika mendapatkan pembinaan UMKM. Karena, dengan pembinaan, mereka bisa memperoleh izin usaha dan bisa meminjam uang di bank untuk modal usaha.
"Diajukan ke bank bilang ke Pak Wali Kota untuk pinjam Rp 1 Miliar kita bikin PT enggak usah kita di sini," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.