Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Intimidasi yang Diterima Jurnalis Kompas.com Saat Rekam Pengeroyokan di JCC

Kompas.com - 25/09/2019, 14:48 WIB
Jessi Carina

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Jurnalis Kompas.com menerima intimidasi dari polisi saat sedang melaksanakan tugas jurnalistiknya dalam peristiwa demo mahasiswa, Selasa (24/9/2019).

Jurnalis kami dintimidasi setelah kedapatan tengah mengabadikan pengeroyokan oleh polisi terhadap pria yang jatuh tersungkur di Jakarta Convention Center.

Semua bermula ketika jurnalis kami ingin kembali ke kantor di Menara Kompas, Jalan Palmerah Selatan, pukul 17.30 WIB. Dari Graha Jalapuspita, jurnalis Kompas.com berencana lewat Jalan Gerbang Pemuda atau TVRI.

Namun, baru sampai flyover Ladokgi, suasana kembali memanas. Polisi yang ada di atas flyover sudah siap untuk menembakkan gas air mata ke arah massa.

Jurnalis kami pun berteriak dan mengatakan kepada polisi bahwa dia wartawan. Polisi kemudian menyuruh jurnalis kami masuk ke dalam JCC untuk berlindung.

Baca juga: Rekam Pengeroyokan di Samping JCC, Jurnalis Kompas.com Diintimidasi Polisi

Ternyata Jalan Gerbang Pemuda sudah penuh dengan gas air mata. Jurnalis Kompas.com pun masuk ke JCC yang ternyata merupakan tempat pusat komando polisi. 

"Saya bertahan di situ sambil sesekali mendekat ke gerbang melihat bentrokan massa dengan polisi," ujar rekan kami.

Semakin malam, polisi semakin kewalahan menghadapi massa. Polisi juga banyak yang kembali ke JCC karena ikut terkena gas air mata.

"Di antara banyak polisi yang kembali ke dalam JCC dalam keadaan tumbang, saya lihat ada tiga orang yang digiring polisi," kata jurnalis kami.

Pertama adalah seorang pria berusia sekitar 30 tahun yang mengenakan kaus dan celana panjang. Tubuh pria itu lunglai dan dipapah dengan kasar oleh polisi.

Jurnalis kami merekam itu dari balik dinding kaca JCC.

Baca juga: [VIDEO] Detik-detik Polisi Intimidasi Wartawan Kompas.com Peliput Pengeroyokan Usai Demo di DPR

"Tiba-tiba ada seorang pejabat polisi yang meminta saya berhenti merekam," ujar rekan kami.

Jurnalis Kompas.com langsung menyampaikan bahwa dia wartawan dan berhak untuk mengambil gambar. Polisi tidak peduli dengan alasan itu dan langsung marah kepada jurnalis kami.

Jurnalis Kompas.com berteriak bahwa dia dilindungi Undang-Undang Pers. Polisi tetap memaksa agar video itu dihapus. Jurnalis kami menolak dan langsung berjalan keluar.

Setelah itu, rekan kami melihat ada satu lagi pria yang dipapah polisi. Seluruh badannya sudah basah termasuk kaus yang dia kenakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com