JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan dan tempat usaha warga yang keberadannya disebut liar di Jalan Sunter Agung Perkasa VIII, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (14/11/2019).
Penggusuran itu melibatkan 1.500 personel gabungan dari unsur polisi, Satpol PP, serta petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU).
Penggusuran sempat ricuh karena warga berkeras mempertahankan bangunan yang telah mereka tinggali selama puluhan tahun.
Baca juga: Ditanya soal Penggusuran Kawasan Sunter, Anies Hanya Tersenyum Tanpa Berkomentar
Namun, penggusuran jalan terus. Pemerintah harus menormalisasi saluran di sana agar kawasan itu tidak tergenang air setiap kali diguyur hujan.
Saat masih berstatus bakal calon gubernur DKI, Anies pernah mengungkapkan pendekatan baru untuk menata kampung-kampung di Jakarta.
Dia berujar, pendekatan itu tidak sekadar memindahkan warga ke tempat lain, tetapi juga membuat kehidupan warga lebih baik, yakni tempat yang memudahkan warga mengakses pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan lainnya.
Saat itu, Anies menyatakan belum tentu dia tidak akan melakukan penggusuran.
"Saya tidak mengatakan bahwa nol, enggak akan ada penggusuran, enggak. Memang ada yang harus pindah karena kepentingan umum yang harus dinomorsatukan," kata Anies di Kampung Magesen, Manggarai, Jakarta Selatan, pada 9 Oktober 2016.
Anies juga pernah menyinggung soal penggusuran saat debat calon gubernur. Menurut dia, penggusuran dengan sekadar memindahkan warga adalah cara kuno.
Anies menyatakan akan melakukan cara modern, yakni penataan dengan mempertimbangkan aspek kesehatan, pendidikan, dan sosial warga yang terdampak.
Menurut Anies, cara modern yang akan ia lakukan adalah urban renewal atau peremajaan kota, baik itu ditata maupun diperbaiki.
Saat kampanye di Kalijodo, Jakarta Utara, pada 15 April 2017, Anies juga bicara soal peremajaan.
"Kampung diremajakan, ditata ulang, warganya tetap tinggal di sana, tetapi kampungnya menjadi kampung yang bersih, sehat, baik, dan masing-masing memiliki tempat tinggal," ujar Anies.
Camat Tanjung Priok Syamsul Huda mengatakan, bangunan dan tempat usaha warga di Jalan Sunter Agung Perkasa VIII dibongkar karena mengokupasi jalan dan saluran.
Jalan yang semula memiliki lebar 12 meter, hanya tersisa lima meter. Saluran selebar lima meter tertutup seluruhnya karena diokupasi.
Kawasan tersebut menjadi becek ketika diguyur hujan.
Baca juga: Korban Penggusuran Sunter Agung Harap Anies Menemui Mereka
"Yang jelas kami mengembalikan fungsinya ke semula," ujar Syamsul saat dihubungi Kompas.com, Selasa kemarin.
Menurut Syamsul, setelah bangunan dan tempat usaha warga dibongkar, pemerintah mulai mengeruk saluran yang tertutup lumpur dan berbagai jenis sampah. Lebar saluran akan dikembalikan seperti sedia kala.
Pemerintah juga akan mengembalikan lebar jalan dan membangun taman di sana. Sebab, zona kawasan yang diokupasi warga adalah zona hijau dan biru.
Syamsul berujar, Pemprov DKI tidak mungkin menerapkan konsep urban renewal di lokasi gusuran Sunter Agung.
"Posisinya sekarang ini kan jalan raya, terus ada saluran. Kalau dibikin model begitu (urban renewal) kan enggak bisa," kata dia.
Menurut Syamsul, konsep urban renewal baru bisa diterapkan di kawasan yang memiliki lahan kosong yang bukan untuk kepentingan umum. Contohnya Kampung Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara.
"Kalau ini (Sunter Agung) kan jalan dan saluran. Kalau misalkan ditata di situ, pakai space yang mana, kecuali kalau misalkan ada lahan, luasnya berapa hektar, memungkinkan," ujar dia.
Maka, jalan satu-satunya setelah penggusuran Sunter Agung adalah merelokasi warga di sana ke rumah susun (rusun). Pemprov DKI sudah menawarkan unit Rusunawa Marunda. Namun, warga tidak mau daftar untuk pindah.
Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta juga menawarkan pelatihan untuk para pekerja di sana. Lagi-lagi, mereka belum mau mendaftar.
"Mereka mungkin masih nungguin barang dagangannya. Kami bantu, misalkan mau jual ke mana, kami bantu angkut, atau mau taruh di mana, kami bantu angkut, jadi enggak semena-mena juga," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.