Keterangan Beni diperkuat oleh keterangan saksi di sekitar Monas pada saat ledakan.
Mariyati, petugas kebersihan, mengaku mendengar ledakan berdesibel tinggi dari Monas.
Mariyati saat itu tengah menyapu jalanan di sekitar gedung Mahkamah Agung.
"Sekali ledakan kenceng banget," kata Mariyati, seperti dikutip dari Kompas TV, Selasa.
Beni mengaku heran, bahan peledak bisa ada di Monas, kawasan ring 1 yang semestinya dijaga ketat.
Apalagi, tak sembarang orang dapat memiliki granat. Tak hanya sipil, beberapa pasukan TNI dan Polri tak punya akses terhadap peledak yang satu ini.
Granat beredar secara eksklusif hanya di pasukan-pasukan tertentu.
"Saya enggak yakin kalau sipil yang meletakkan, kecuali tentaranya jualan ke sipil. Tidak masuk akal kalau orang sipil yang meletakkan," ujar Beni.
Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (LESPERSSI) itu pun menepis kemungkinan bahwa granat dibawa oleh massa reuni akbar 212 saat acara berlangsung pada Senin (2/12/2019) lalu.
Sebab, semestinya keberadaan granat sudah bisa terdeteksi dalam penyisiran sepanjang acara tersebut.
"Jangan-jangan setelah 212 baru dimasukkan ke Monas. Setelah acara (212) juga kan (Monas) disisir. Harusnya saat penyisiran kan (granat) sudah didapat, kalau mereka dari awal sebelum acara sudah membawa," tutup Beni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.