Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milan, Kota dengan Jalanan Sempit, Tanpa JPO, dan Masih Eksisnya Trem

Kompas.com - 27/01/2020, 11:56 WIB
Alsadad Rudi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

MILAN, KOMPAS.com - Milan adalah salah satu kota terkemuka dunia yang paling banyak dikenal dalam dunia fashion dan sepak bola.

Seiring perjalanan waktu, Milan terus tumbuh menjadi kota modern, tak terkecuali dalam layanan transportasi perkotaannya.

Dikutip dari urbanrail.net, hingga November 2015, Milan sudah memiliki empat jaringan kereta metro (nama lain MRT), tiga di antaranya full di bawah tanah.

Secara keseluruhan, jaringan kereta metro di Milan melayani rute mencapai 91,5 kilometer dengan 113 stasiun.

Namun, meski kini telah memiliki jaringan transportasi modern, nyatanya Milan tak meninggalkan moda transportasi konvensional seperti trem.

Pemandangan itulah yang tampak saat Kompas.com berkunjung ke kota tersebut dalam sebuah kegiatan yang diadakan Mola TV, pekan lalu.

Di jalan-jalan kota Milan, trem masih eksis. Trem bahkan masih melayani rute yang melintas di beberapa objek wisata terkenal di kota tersebut, di antaranya Gereja Katedral Duomo dan Stadion Giuseppe Meazza, San Siro.

Baca juga: Pemkot Bogor Berencana Gandeng BUMN dan Swasta untuk Bangun Trem

Trem sendiri merupakan moda transportasi yang sudah lama dihilangkan dari Jakarta.

Pada masa kolonial Belanda, trem masih eksis beroperasi di Jakarta, yang ketika itu bernama Batavia.

Namun, seiring hengkangnya Belanda dari Indonesia, trem secara perlahan tak lagi dipakai.

Dikutip dari historia.id, trem dihilangkan karena dianggap tak sesuai dengan citra kota modern lantaran tak berada di bawah tanah.

Pada akhirnya, Jakarta resmi menghapus trem pada 1962, disusul Surabaya pada 1970-an. Adapun di Semarang sudah lebih dulu hilang pada 1940.

Jalanan Sempit

Suasana jalanan di Milan, Italia, Minggu (19/1/2020).Kompas.com/Alsadad Rudi Suasana jalanan di Milan, Italia, Minggu (19/1/2020).

Selain keberadaan trem, pemandangan lain yang bisa ditemui di Milan adalah jalan-jalan kotanya yang sempit, khas kota-kota di negara maju.

Hampir sulit menemukan ada jalanan seukuran Sudirman, Thamrin, atau Gatot Subroto di kota tersebut.

Padahal, Milan berada di negara dengan jumlah penjualan mobil terbanyak nomor sembilan di dunia, berdasarkan data yang dilansir Jato Dynamics tahun 2018.

Milan bisa jadi merupakan salah satu kota dunia yang lebih memilih jalanan kecil demi menekan tingkat kecelakaan.

Baca juga: Ini Lokasi Parkir Kendaraan untuk Nikmati Car Free Night Sudirman-Thamrin

Penelitian akademis terbaru, di Cities Safer by Design, dari WRI Ross Center for Sustainable Cities, menunjukkan bahwa jalanan kota yang lebih luas sebenarnya lebih berbahaya daripada jalur yang lebih sempit.

Penelitian WRI menunjukkan bahwa kota-kota dengan lebar jalur 2,8-3,25 meter (9,2 sampai 10,6 kaki), seperti Amsterdam (Belanda), Kopenhagen (Denmark) dan Tokyo (Jepang), memiliki tingkat kecelakaan fatal terendah per 100.000 penduduk.

Namun, banyak kota, khususnya di negara berkembang, memiliki jalur yang lebih lebar dan tingkat kematian yang lebih tinggi.

Misalnya, di kota-kota seperti Beijing (China), Chennai (India) dan Fortaleza (Brasil), tingkat kematian akibat kecelakaan lalu lintas adalah 20-27,2 kematian per 100.000 penduduk.

Kota-kota terebut memiliki kesamaan, yakni jalur lalu lintas yang lebarnya lebih dari 3,6 meter (11,8 kaki).

Baca juga: 2019, Angka Kecelakaan di Jakarta Utara Meningkat Jadi 964 Kasus

Kondisi yang sama juga terjadi di New Delhi, Mumbai dan São Paulo yang memiliki jalur yang lebih lebar, mulai dari 3,25 meter sampai 3,6 meter (10,6 sampai 11,8 kaki), yang menyebabkan tingkat kematian 6,11-11,8 penduduk per 100.000.

Dikutip dari wri-indonesia.org, jalanan kota yang lebar membuat mobil melaju lebih cepat. Akibatnya, potensi kecelakaan dan cedera meningkat.

Sebaliknya, jalur lalu lintas yang sempit, ditambah dengan batas kecepatan yang lebih rendah, bisa menumbuhkan rasa kesadaran yang lebih besar diantara pengemudi.

Penyeberangan Tanpa JPO

Suasana jalanan di Milan, Italia, Minggu (19/1/2020).Kompas.com/Alsadad Rudi Suasana jalanan di Milan, Italia, Minggu (19/1/2020).

Jalur lalu lintas yang sempit juga berpengaruh terhadap keberadaan jembatan penyeberangan orang (JPO).

Pantauan Kompas.com selama menyusuri jalan-jalan di Milan, hampir tak ada ruas jalan yang dilengkapi JPO.

Hanya ada zebra cross yang disediakan untuk pejalan kaki yang hendak menyeberang.

Tak ada kendaraan yang terus melaju saat lampu lalu lintas memberikan tanda berhenti.

Communications and Partnership Manager ITDP (Institute for Transportation and Development Policy) Indonesia, Fani Rachmita mengatakan, di negara maju pada umumnya, JPO hanya dibangun ketika ada hambatan alam, seperti sungai dan laut, ataupun saat bersinggungan dengan jalan tol rel kereta api.

Biasanya, JPO juga dibangun hanya untuk penghubung antar gedung.

"JPO (di atas jalan raya) yang masih ditemukan umumnya juga karena faktor telanjur dibangun, kalau kasus seperti ini biasanya di bawahnya disertai dengan zebra cross sebagai opsi penyeberangan," kata Fani kepada Kompas.com, Minggu (26/1/2020).

Baca juga: JPO Pasar Minggu dan Jembatan Gantung Dibuat Artistik dan Dilengkapi Lampu Warna-warni

Dikutip dari laman itdp.org, keberadaan JPO hanya mempersulit dan membuat pejalan kaki menempuh rute yang lebih panjang.

JPO juga dinilai hanya memperburuk keselamatan bagi pengemudi kendaraan, pejalan kaki, dan pengguna sepeda.

Sebab, memisahkan jalur orang dengan jalur kendaraan hanya memacu peningkatan kecepatan kendaraan, kelalaian pengemudi, dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas.

Tak cuma itu, JPO juga biasanya dibangun dengan tangga curam yang sangat sulit diakses oleh para penyandang cacat, anak-anak, orang tua, dan siapapun yang membawa barang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com