Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Medsos Jadi Sarana Janjian Tawuran Pelajar SMK di Sawangan, Depok

Kompas.com - 06/02/2020, 16:57 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Media sosial berperan dalam tawuran pelajar SMK di Sawangan, Depok, Jawa Barat yang menewaskan satu pelajar pada Kamis (31/1/2020) lalu.

Aq, tersangka pelaku pembunuhan terhadap MNI, mengaku bahwa tawuran itu bermula dari janjian melalui WhatsApp.

Aq yang mewakili pelajar/eks pelajar SMK Baskara mengaku, ia menerima ajakan bertemu buat tawuran dari M, alumni SMK Pancoran Mas, via WhatsApp.

Baca juga: Pelajar SMK yang Tewaskan Lawan Tawuran di Sawangan Depok Pernah Diamankan Polisi

Menurut penuturan Aq kepada wartawan, kedua SMK itu sudah punya sejarah tawuran yang lama.

Alumni Panmas (Pancoran Mas) terkenal sebagai musuh bebuyutan BKR (Baskara) di lingkungan para junior.

"Janjian di grup WhatsApp. Chat-chatan sama anak Panmas (SMK Pancoran Mas)," kata Aq di Mapolres Metro Depok, Kamis (6/2/2020), kepada wartawan.

"Janjian yok. Gue mau nyerang lo," Aq menirukan bunyi chat M yang ia terima sore hari, sebelum langsung tawur pada malam harinya.

"Saya memang kenal sebelumnya (dengan M). Saya belum respons. Saya bilang teman-teman saya, mereka jawab 'ayo'," lanjut dia.

Aq mengaku heran, dari mana M bisa memperoleh nomor ponselnya.

Kamis malam, kedua kelompok bertemu. Aq mengklaim, kubu lawan (Panmas) membawa pasukan lebih banyak, sekitar 20-an pelajar gabungan kelas X, XI, dan XII, ketimbang pasukan BKR yang diklaim cuma 7 orang dan hanya anak-anak kelas XI SMK.

Tiba di lokasi yang disepakati yaitu di Jalan Raya Parung Bingung, kedua kelompok langsung tawur.

MNI datang berboncengan bersama D sebagai perwakilan kubu Panmas. Ia langsung diuber pasukan BKR.

MNI kabur ke arah kanan dan segera diserang oleh Aq dan Ar (kini buron). MNI kemudian tewas dalam perjalan ke rumah sakit.

D kabur ke arah kiri dan langsung berjumpa G dan F yang mengayunkan senjata ke arahnya hingga luka berat.

Aq, Ar, G dan F sama-sama membeli senjata tajam dari Facebook. Celurit yang dipakai Aq dan G ditebus dengan harga Rp 20.000 dan Rp 60.000.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com