Setelah jumlah jamaah cukup banyak, mushala mulai digunakan untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat. Dari sini lah perlahan status mushala berubah menjadi Masjid Wal Adhuna.
"Karena cukup aktif akhirnya warga dilibatkan jadi pengurus masjid. Jadi ada yang dari pelabuhan ada yang dari warga," tutur Safrizal.
Salah satu warga bernama Ahmad Yani mengatakan, masjid itu dahulu sangat ramai dikunjungi warga. Bahkan, terkadang jamaah harus beribadah di luar bangunan masjid untuk shalat berjamaah.
Baca juga: BERITA FOTO: Kampung Apung, Terendam Banjir Menahun hingga Jadi Mengapung
"Apalagi kalau shalat Jumat, Tarawih, dan shalat Id, itu ramai sekali," tutur Ahmad.
Kondisi mulai berubah ketika tempat sandaran kapal dialihkan ke Pelabuhan Sunda Kelapa sekitar tahun 2008-2009.
Kawasan pergudangan yang sempat memadati pelabuhan semua diratakan dengan tanah. Hanya bangunan Masjid Wal Adhuna yang tersisa.
Sejak saat itu, jamaah masjid mulai berkurang drastis. Ditambah lagi sempat terjadi tanggul jebol di dekat masjid yang menyebabkan Kawasan Muara Baru terendam.
Baca juga: Saksi Rasakan Getaran Saat Tanggul Laut NCICD di Muara Baru Roboh
"Jadi sudah jarang kepakai, terus kerendam, jadi makin enggak ada orang nya," tutur Ahmad.
Pascarob saat itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung membangun tanggul yang tingginya kurang lebih lima meter di sana.
Namun, tanggul itu dibangun di belakang bangunan masjid, sehingga akses menuju rumah ibadah itu tertutup.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.