Sebelum keluar, Yuniardi yang selama bekerja satu bulan tinggal di rumah majikannya itu kembali mendapatkan tekanan.
Dia dituding oleh majikan berpura-pura sakit meski seluruh tubuhnya sudah dalam keadaan membiru.
"Saya tadi dipanggil bapak dulu. Saya dikira pura-pura sakit, dia bilang, 'Saya tahu orang sakit sama enggak', kata dia. Siap pak, habis ngomong gimana lagi, siap pak aja saya," kata Yuniardi meneteskan air mata.
Baca juga: Sudah Dipukuli Sampai Memar oleh Majikan, Sopir di Bintaro Masih Dituduh Pura-pura Sakit
Bahkan, kata Yuniardi, saat itu kembali mendapatkan ancaman aniaya setelah dinilai berpura-pura sakit.
"Saya mau dipukulin lagi, saya bilang jangan. Saya takut. Saya enggak berani menangkis karena orangnya tinggi gede," ucapnya.
Yuniardi menceritakan, sebelum diterima kerja memang telah membuat kesepakatan bersama majikannya melalui kontrak kerja.
Dalam kontrak tersebut menyatakan, Yuniardi dapat bekerja sejak awal Februari 2020 hingga dua tahun ke depan.
"Saat itu (sebelum keluar) Saya diminta cari pengganti dulu," katanya.
Trauma berat
Akibat perbuatan kekerasan yang dialaminya, Yuniardi mengaku masih mengalami trauma berat.
"Saat ini saya masih trauma taruma jika mengingat kejadian," kata Yuniardi di Polres Tangsel, Kamis (5/3/2020).
Baca juga: Sopir yang Dianiaya Majikan di Bintaro Mengaku Trauma, Tubuh Pun Masih Memar
Selain itu, ditengah tubuh yang memar dan jalannya yang pincang Yuniardi bercerita mencekamnya bekerja dirumah mewah tersebut.
Saat itu, kata dia, sedikitnya ada 40 pekerja di dalam rumah majikannya tersebut.
"Ada 40 orang ada kali. Driver empat, sisanya pembantu laki dan perempuan. Kalau saya dengar juga merasakan (dianiaya) juga," ucapnya.
Meski tidak melihat, Yuniardi yakin pemukulan itu juga dialami pekerja lain di rumah itu. Dia mendengar bahwa pekerja lain diperlakukan seperti itu di dalam ruangan.
"Karena mereka mukul itu di ruang tertutup jadi kita lihat keluar udah (luka) ini. Semua begitu makannya banyak yang kabur," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.