Trubus menilai, saat ini penyekatan bagi para pemudik di jalur-jalur tikus masih lemah dibandingkan penyekatan kendaraan di pintu tol dan jalur protokol.
"Pemerintah selama ini hanya ketat di jalan tol, jalan protokol, jalan utama, jalan nasional. Tapi, jalan-jalan arteri, jalan tikus relatif lama, malah enggak ada pengawasan juga. Ini yang menyebabkan mereka lolos untuk mudik," ungkap Trubus.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo melarang masyarakat untuk mudik guna mencegah penularan Covid-19.
Keputusan itu disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, melalui konferensi video, Selasa (21/4/2020).
Larangan mudik tersebut mulai diberlakukan 24 April 2020 pukul 00.00 WIB. Pemeriksaan dan penyekatan kendaraan tersebut akan dilakukan di 18 titik pos pengamanan terpadu dan pos-pos check point di jalur tikus dan perbatasan.
Baca juga: Anies: Hati-hati, Kalau Mudik Belum Tentu Bisa Kembali ke Jakarta dalam Waktu Singkat
Untuk sementara sanksi yang diterapkan adalah polisi akan memutar balik kendaraan pribadi dan angkutan umum berpenumpang yang nekat keluar Jabodetabek untuk melaksanakan mudik.
Larangan tersebut tak membuat masyarakat takut. Pasalnya, tercatat 10.537 kendaraan yang mengarah keluar Jabodetabek diputar balik oleh polisi selama 10 hari Operasi Ketupat 2020, yakni 24 April hingga 3 Mei 2020.
Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, 11 persen dari keseluruhan total kendaraan atau 1.201 kendaraan yang diputar balik itu adalah pemudik menggunakan sepeda motor.
Sementara itu, jumlah kendaraan yang diputar balik paling banyak ditemukan Pintu Tol Cikarang Barat arah Jawa Barat.
Rinciannya, 4.010 kendaraan diputar balik di Pintu Tol Cikarang Barat selama 10 hari penyekatan pintu tol dan jalur arteri yang biasa digunakan masyarakat untuk melaksanakan mudik.
Kemudian, sebanyak 3.154 kendaraan diputar balik di jalur Pintu Tol Bitung dan 2.172 kendaraan lainnya diputar balik saat melintas di jalur arteri keluar Jabodetabek.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.