"Selagi jumlah kasus (diklaim) kecil, kecil, kecil, karena memang tidak diperiksa atau banyak yang belum diperiksa. Misalnya di Nusa Tenggara Timur masih belasan (kasus positif Covid-19). Memang di situ bisa diperiksa berapa banyak (orang)?” tutur Iqbal.
Baca juga: KA Jarak Jauh Mulai Beroperasi Selasa Ini, 30 Orang Tinggalkan Jakarta
Besarnya kasus kematian suspect yang tak diumumkan pemerintah pusat
Pemerintah pusat belum kunjung mengumumkan kasus kematian suspect Covid-19, namun sejumlah pemerintah daerah selangkah lebih maju.
Kematian suspect Covid-19 dapat ditandai dengan pemulasaraan dan pemakaman jenazah menggunakan protap Covid-19, seperti jenazah dimasukkan ke dalam peti, dibungkus plastik, serta harus dikebumikan dalam tempo kurang dari 4 jam.
Pemprov DKI Jakarta, misalnya, sejak awal Maret 2020 hingga hari ini telah mengumumkan 1.940 kematian dengan protap Covid-19.
Dengan angka kematian pasien positif Covid-19 sebanyak 457 korban, maka di atas kertas, diperoleh hasil 1.483 suspect Covid-19 di Jakarta telah meninggal dunia.
Baca juga: [UPDATE] - Pergerakan Data Harian Covid-19 di Indonesia
Di tingkat kota, Pemerintah Kota Depok dan Bekasi di Provinsi Jawa Barat juga memublikasikan data sejenis.
Di Depok, sejak 18 Maret 2020, total sudah 60 suspect Covid-19 yang meninggal dunia tanpa konfirmasi positif atau negatif dari Kementerian Kesehatan RI.
Data itu melampaui angka kematian pasien positif Covid-19 di Depok sebanyak 21 korban.
Di Kota Bekasi, pemerintah telah mengumumkan 119 kematian dengan kategori “penyakit menular”, jauh di atas kematian pasien positif sebanyak 29 korban.
Sementara itu, media internasional Reuters menyebutkan, total tercatat 2.212 suspect Covid-19 meninggal dunia di Indonesia.
Data itu diperoleh di separuh wilayah negeri, yakni 16 dari 34 provinsi yang ada, hingga 28 April 2020 saat laporan tersebut ditayangkan Retuers.
Anggota senior Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Nasional, Wiku Adisasmito mengatakan, lebih dari 19.897 suspect Covid-19 di Indonesia belum diperiksa positif atau negatif Covid-19.
Hal itu disebabkan panjangnya antrean sampel di laboratorium. Beberapa suspect meninggal lebih dulu sebelum sampel tubuh mereka diperiksa di laboratorium.
“Jika mereka (laboratorium) menerima ratusan atau ribuan sampel yang harus mereka uji, mana yang diutamakan? Mereka akan mengutamakan (sampel) orang-orang yang masih hidup,” kata Wiku kepada Reuters.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.