Contoh pertama ialah Gempa Meksiko yang melanda pada 1985 silam. Ibu kota negara Mexico City luluh lantak dan puluhan ribu nyawa melayang.
"Gempa Meksiko waktu itu berkekuatan 8,3 SR. Mexico City itu hancur, padahal jaraknya kira-kira 380 kilometer dari pusat gempa. Sangat jauh," ungkap Daryono.
"Ini terjadi karena Kota Meksiko (Mexico City) dibangun di atas rawa purba, maka gedung-gedung bertingkat roboh, luluh lantak. Yang meninggal sangat banyak," tambahnya.
Contoh teranyar dan dekat ialah gempa Bantul, Yogyakarta, yang terjadi pada 2006 silam.
Gempa berkekuatan 5,9 SR itu mengguncang selama 57 detik dan ribuan warga meninggal dunia.
Pusat gempa ada di sisi timur Kali Opak di Perbukitan Nglanggeran. Bantul yang ada di wilayah cekungan antara Perbukitan Nglanggeran dan Kulon Progo hancur dilumat gempa bumi.
"Bantul itu ada di bagian permukaan yang turun ke bawah seperti cekungan. Cekungan itu isinya (struktur tanahnya) adalah material dari Gunung Merapi," ujar Daryono soal struktur tanah di bawah Bantul yang lunak.
"Makanya, Bantul itu dijuluki 'kota di atas agar-agar'. Saat gempa 2006 itu, di Bantul yang meninggal 5.800-an orang. Rumah rusak lebih dari 1 juta. Itu karena tanah yang lunak itu," tambahnya.
"Pusat gempa itu ada di timur Kali Opak di Perbukitan Nglanggeran. Nah, rumah-rumah di timur Kali Opak itu utuh semua. Tapi, rumah di Bantul, di kawasan sawah-sawah itu luluh lantak. Itu local site effect atau efek tapak itu," jelas dia lagi.
Waspada terhadap gempa di selatan Jawa Barat-Banten
Gempa Lebak, Banten yang terasa getarannya hingga Jakarta pada Selasa lalu, mau tak mau dianggap sebagai alarm bagi Ibu Kota dalam hal mitigasi kegempaan.
Daryono mengungkapkan, dalam riwayatnya, gempa di Jakarta nyaris selalu beriringan dengan aktivitas tektonik di pesisir selatan Jawa, khususnya Jawa Barat dan Banten.
Bahkan, sejauh yang tercatat dalam peradaban modern, 2 kali Jakarta -- saat itu Batavia -- dilanda kehancuran karena gempa di selatan Banten dan Jawa Barat.
"Tahun 1699, Jakarta sempat mengalami gempa destruktif, padahal sumber gempanya ada di selatan Banten. Ada 21 rumah Belanda roboh, kemudian 28 orang meninggal. Bayangkan kalau itu terjadi sekarang," jelas Daryono.
"(Gempa) Januari 1780, ada 27 rumah di Jakarta rusak. Bangunan Belanda yang disebut observatorium MOHR, rusak. Padahal gempanya sama-sama di selatan dan skalanya 8,5 SR," ujar dia.