Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[EKSKLUSIF] Buka-bukaan Ayah Korban Soal Pengurus Gereja di Depok yang Cabuli 23 Anak

Kompas.com - 15/07/2020, 07:19 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi


DEPOK, KOMPAS.com – Guntur (bukan nama sebenarnya ) menjadi pionir dalam terkuaknya kejahatan seksual oleh SPM, bekas pembina kegiatan misdinar di Gereja Paroki Santo Herkulanus Depok, Jawa Barat, yang kini telah berstatus tersangka.

Setelah Guntur melaporkan kejahatan seksual oleh SPM terhadap anaknya yang berusia 12 tahun pada Mei 2020 lalu, satu per satu pengakuan dari anak-anak dan keluarga korban lain bermunculan, dibantu oleh tim investigasi internal gereja yang berkomitmen mengusut kejahatan oleh kolega mereka.

Hingga hari ini, kuasa hukum para korban SPM, Azas Tigor Nainggolan mengaku sudah menerima 23 kasus kejahatan seksual oleh si predator seksual anak tersebut di Gereja Herkulanus.

Mereka, termasuk anak Guntur, merupakan anak-anak yang aktif dalam kegiatan misdinar di gereja itu, dengan SPM sebagai pembina kegiatan tersebut.

Baca juga: Sulitnya Mencari Bukti Pencabulan Anak di Gereja Depok dan Pentingnya RUU PKS Disahkan

Diwawancarai Kompas.com pada Minggu (12/7/2020) lalu, Guntur begitu terbuka menceritakan kisah kelam yang dialami oleh anaknya dan berimbas pada keluarga kecilnya.

Meskipun di awal ia terdengar tabah menceritakan aneka modus SPM dalam mencabuli korban-korbannya, namun akhirnya ia mengakui bahwa dirinya turut depresi akibat insiden yang menimpa si kecil.

Selama perbincangan, ia bicara banyak soal predator seksual yang dengan enteng membeberkan kejahatannya, tak pernah meminta maaf, dan malah mengirim kerabatnya mendekati Guntur agar mau “berdamai”.

Di akhir perbincangan, Guntur selaku korban juga angkat suara mengenai penderitaan korban kejahatan seksual di Indonesia yang masih harus berhadapan dengan sistem hukum yang kurang berpihak pada korban.

Baca juga: Cerita Ayah Korban Pencabulan Pengurus Gereja di Depok, Tersangka Tak Minta Maaf, Malah Mau Ajak Damai

Simak cuplikan wawancara eksklusif Guntur dengan Kompas.com:

Bagaimana awal mula kejahatan seksual oleh SPM terhadap anak Anda bisa tercium?

Jadi pertamanya gini, awalnya ada salah 1 misdinar, dia di-bully verbal oleh pelaku (SPM) di grup WhatsApp-nya. Kebetulan keluarga ini dan anaknya dekat dengan keluarga kami. Kemudian, ia mau melapor ke Pastor Paroki untuk komplain masalah anaknya.

Pas mau lapor itu, mereka bertemu dengan salah satu anak eks misdinar yang curiga bahwa pelaku itu berbuat tidak baik sama anak saya. Lalu, ia minta tolong orang tua yang anaknya di-bully itu untuk menanyakannya ke kami.

Akhirnya, kami tanya (ke anak), ternyata benar, sudah dilakukan pelecehan terhadap anak kami ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Tanggapi Permintaan Maaf Pendeta Gilbert ke MUI, Ketum PITI Tetap Keberatan

Megapolitan
Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Cerita Eks Taruna STIP: Lika-liku Perpeloncoan Tingkat Satu yang Harus Siap Terima Pukulan dan Sabetan Senior

Megapolitan
Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Bacok Pemilik Warung Madura di Cipayung, Pelaku Sembunyikan Golok di Jaketnya

Megapolitan
Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Pura-pura Beli Es Batu, Seorang Pria Rampok Warung Madura dan Bacok Pemiliknya

Megapolitan
Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Tak Ada yang Janggal dari Berubahnya Pelat Mobil Dinas Polda Jabar Jadi Pelat Putih...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai 'Diviralkan' Pemilik Warteg

[POPULER JABODETABEK] Mobil Dinas Polda Jabar Sebabkan Kecelakaan Beruntun di Tol MBZ | Apesnya Si Kribo Usai "Diviralkan" Pemilik Warteg

Megapolitan
Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Cara Naik Bus City Tour Transjakarta dan Harga Tiketnya

Megapolitan
Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Diperiksa Polisi, Ketum PITI Serahkan Video Dugaan Penistaan Agama oleh Pendeta Gilbert

Megapolitan
Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Minta Diskusi Baik-baik, Ketua RW di Kalideres Harap SK Pemecatannya Dibatalkan

Megapolitan
Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com