Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Istana Bogor yang Angker

Kompas.com - 27/07/2020, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tapi tanggal 10 Oktober 1834, Gunung Salak meletus dan menghancurkan bangunan istana Bogor yang bertingkat. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Duijmajer van Twist (1851-1856) dibangun kembali istana berlantai satu untuk menghadapi kemungkinan gempa.

Sejak 1870 di masa Gubernur Jenderal Charles FP de Montager, Istana Bogor dijadikan kediaman resmi gubernur jenderal Belanda.

Sejak tahun 1870 sampai 1942 Istana Bogor dijadikan kediaman resmi 38 gubernur jenderal Belanda.

Pembangunan Istana Bogor dari pemerintah Belanda ini ada yang memperhatikan situs-situs peninggalan para raja Kerajaan Pajajaran (paling tidak ada enam raja, 1482-1579). Tapi juga ada yang tidak mengindahkan tempat-tempat yang dianggap keramat dari Prabu Siliwangi.

Setelah era Belanda

Ketika tentara penjajah Jepang masuk Indonesia, 1942, Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachouwer menyerahkan kekuasaanya kepada Jenderal Imamura. Penjajah fasis Jepang menggunakan istana ini menjadi markas tentara dan tidak dipelihara keindahannya.

Bangunan-bangunan ada yang dicat hitam dan dijadikan penjara perang. Kijang-kijang dipotong untuk dimakan para tentara.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI 1945, 200 orang pemuda anggota Barisan Keamanan Rakyat (BKR) merebut Istana Bogor dari tangan tentara Jepang.

Tapi ketika pasukan Sekutu yang diboncengi Belanda masuk Indonesia lagi, tentara bayaran, Gurkha, merebut Istana Bogor dari BKR. Perebutan ini tentu makan korban.

Baru 1949, setelah Belanda resmi mengakui kemerdekan RI, di Istana Bogor diadakan beberapa pembangunan, renovasi dan perbaikan oleh pemerintahan Bung Karno.

Menjelang 1960, Bung Karno menjadikan Istana Bogor sebagai kediaman resmi presiden. Hari Jumat, Sabtu dan Minggu Bung Karno tinggal di Istana Bogor.

Demikian sejarah Istana Bogor menurut buku Asti Kleinsteuber yang juga diberi sekapur sirih atau “sepatah kata” dari Prof Edi Sedyawati, arkeolog, pengajar, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993-1999).

Mitos tentang Bung Karno

Membaca buku ini dan disertasi Indiana Ngenget (termasuk wawancara saya dengan orang Bogor ini), saya jadi ingat cerita dari para karyawan Istana Bogor (orang-orang Sunda) yang bekerja sejak masa Bung Karno. Para orang tua para karyawan itu sebagian besar adalah juga bekerja di Istana Bogor di masa Bung Karno.

Kalau mereka bercerita tentang Bung Karno, terutama bila sedang berada di halaman istana, rasanya seperti sedang mendengar seribu kisah mitos dan legenda. Apalagi hubungan Bung Karno dengan hewan-hewan yang ada di situ, seperti rusa dan burung-burung.

“Bila Pak Karno berjalan di halaman, rusa-rusa dan burung-burung mengerumuni. Ada yang minta dielus-elus. Pak Karno punya kanuragan, hormat pada niskala dan mengerti kepada kabuyutan, dangiang Sunda,” demikian kata mereka pada saya ketika saya meliput acara di Istana Bogor di masa pemerintahan Soeharto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com