Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan Raden Saleh di Cikini: Favorit Pelancong pada Zaman Batavia, Kini Langganan Kasus Praktik Aborsi

Kompas.com - 19/08/2020, 15:41 WIB
Wahyu Adityo Prodjo,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Cikini boleh dibilang sudah bergengsi sejak dulu. Cikini menyimpan sejuta cerita. Kini, Cikini pun seakan tak pernah sepi dari pelancong.

Pada akhir abad ke-19, Cikini termasuk ke dalam wilayah yang lebih bergaya di Batavia. Cikini tak sendirian. Ada Kramat, Salemba, Kebon Sirih, Prapatan dan Pegangsaan.

Susan Blackburn dalam buku "Jakarta: Sejarah 400 Tahun" menuliskan bahwa wilayah tersebut, termasuk Cikini, terdapat banyak rumah-rumah putih dengan taman-taman besar atau kecil yang berdiri di kedua sisi jalan.

Para pelancong tertarik kepada Kebun Botani dan Zoologi yang kini menjadi Taman Ismail Marzuki.

Baca juga: Catatan Jurnalistik Seorang Ningrat Jawa Kala Bertamu di Rumah Raden Saleh

Para pelancong akan menganggumi barisan pepohonan besar yang berada di sana. Suasana tenang khas pedesaan, jauh dari hiruk pikuk area pusat pemerintahan di sekitar Stadhuis (Balai Kota) Batavia.

Cikini pun juga jadi salah satu tempat berlibur orang-orang Eropa kaya sekitar tahun 1910-an. Cikini terbilang ekslusif.

Hiburan orang Eropa pada masa itu tak boleh dihadiri komunitas lain kecuali orang-orang Indonesia, China, dan Arab yang sangat kaya.

Salah satu hiburannya adalah olahraga. Olahraga sangat digemari dengan munculnya klub-klub sepak bola Eropa, klub tenis, berlayar, dan kolam renang.

"Beberapa kolam renang seperti kolam renang Cikini, tak boleh digunakan oleh orang Indonesia," ujarnya

Raden Saleh di Cikini

Raden Saleh Sjarief Boestaman (1811-1880), yang difoto oleh Woodbury & Page sekitar 1872. (Koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde KITLV Raden Saleh Sjarief Boestaman (1811-1880), yang difoto oleh Woodbury & Page sekitar 1872. (Koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde

Raden Saleh Syarif Bustaman, seseorang yang dikenal sebagai maestro lukis Indonesia memiliki jejak di Cikini.

Pada abad ke-19, Raden Saleh disebut sebagai bangsawan Jawa yang terkenal di Batavia.

Pelukis berpendidikan barat pernah tinggal di Cikini pada 1850-an.

Baca juga: Bangunan RS Cikini, Tiruan Kastil Jerman Peninggalan Sang Pelukis Raden Saleh

Alwi Sahab dalam bukunya berjudul "Batavia Kota Banjir" menuliskan bahwa Raden Saleh sangat tertarik dengan istana yang berada di Callenberg saat berada di Jerman.

Saat kembali ke Tanah Air, Istana Callenberg memicu Raden Saleh untuk memanfaatkan tanah miliknya di Cikini yang mencakup Taman Ismail Marzuki, SMP II Cikini, dan Masjid Cikini.

Ia memanfaatkan tanahnya itu untuk membangun rumahnya, meniru Istana Callenberg. Raden Saleh yang merupakan pencinta binatang itu juga menyumbangkan tanahnya untuk menjadi Taman Botani dan Zoologi.

Baca juga: Masjid Jami Al-Makmur, Wakaf Raden Saleh di Pinggir Ciliwung

Masjid Jami Al-Makmur, Cikini, berada di pinggir Sungai Ciliwung. Masjid tersebut awalnya didirikan di atas tanah wakaf milik maestro pelukis Raden Saleh. KOMPAS/DIAN DEWI PURNAMASARI Masjid Jami Al-Makmur, Cikini, berada di pinggir Sungai Ciliwung. Masjid tersebut awalnya didirikan di atas tanah wakaf milik maestro pelukis Raden Saleh.

Dikutip dari Harian Kompas, rumah Raden Saleh ini berada di dalam kompleks Rumah Sakit PGI Cikini yang berlokasi di Jalan Raden Saleh. Seluruh areal rumah sakit yang luasnya mencapai 5,7 hektar itu dulu merupakan bagian dari halaman mansion (rumah besar) milik Raden Saleh.

Halaman yang menjadi bagian dari properti Raden Saleh tidak hanya di RS PGI Cikini, tetapi juga hingga ke areal yang kini dipakai untuk Taman Ismail Marzuki dan kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Baca juga: Menelanjangi Lukisan Karya Raden Saleh

Sebelum menjadi Taman Ismail Marzuki dan IKJ, areal itu dipakai Raden Saleh untuk mendirikan taman botanik dan kebun binatang yang kemudian dipindahkan ketika Ragunan sudah dibangun.

Pada masa Perang Dunia II, areal yang ditempati rumah besar Raden Saleh ini diubah menjadi rumah sakit bernama Koningin Emma Hospitaal atau Queen Emma Hospital yang kemudian berganti nama menjadi RS PGI Cikini.

Aborsi di Cikini

ilustrasi aborsiTHINKSTOCK ilustrasi aborsi

Kegiatan aborsi di Jakarta pun dikenal di kawasan Raden Saleh, Cikini, Jakarta. Dikutip dari Harian Kompas tahun 1992, Klinik Raden Saleh di Cikini dahulu dikenal sebagai "Rumah Sakit Resmi" untuk menggugurkan (aborsi) kehamilan.

Baca juga: Jalan Raden Saleh Sudah Terkenal Jadi Tempat Aborsi

Setengah dari total kasus aborsi yang ditangani Klinik Raden Saleh ternyata berasal dari kasus kehamilan di luar nikah pada anak-anak remaja.

Menurut dr Djajadilaga dari Klinik Raden Saleh pada saat itu, sebenarnya di kliniknya hanya menangani 25 persen dari total kasus aborsi yang ditangani secara medis di Jakarta.

Kalau di KRS saja ada sekitar 104 kasus, maka diperkirakan total "pengguguran resmi" di Jakarta dilakukan sekitar 500 wanita setiap tahunnya.

Baca juga: Bisnis Klinik Aborsi Ilegal di Raden Saleh Cikini, Tak Mati meski Digerebek Berkali-kali

Data pasien yang melakukan aborsi di Klinik Raden Saleh sejak tahun 1982 menunjukkan, setengahnya berasal dari kehamilan di luar nikah. 

Umumnya mereka ini masih mahasiswa atau pelajar SMA, meskipun ada juga yang masih SMP. Bahkan, KRS pernah didatangi remaja putri yang baru berusia 11 tahun.

Kini, Polda Metro Jaya membongkar praktik aborsi di salah satu klinik di kawasan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Senin (3/8/2020).

Sebanyak 17 orang ditangkap dalam kasus praktik aborsi ini. Enam orang di antaranya tenaga medis.

Baca juga: Klinik Aborsi di Raden Saleh Terbongkar, Polisi Temukan Catatan 2.638 Pasien dalam 15 Bulan

Mereka berinisial dr.SS (57), dr.SWS (84), dr.TWP (59), EM (68), AK (27), SMK (32), W (44), J (52), M (42), S (57), WL (46), AR (44), MK (44), WS (49), CCS (22), HR (23), dan LH (46).

Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat menjelaskan, praktik klinik aborsi itu telah beroperasi selama lima tahun.

"Dalam data satu tahun terakhir, mulai Januari 2019 sampai 10 April 2020 terdata ada 2.638 pasien aborsi," ujar Tubagus, Selasa (18/8/2020).

Baca juga: Klinik Aborsi di Raden Saleh Terbongkar, Polisi: Pelaku Raup Rp 70 Juta Per Bulan

Praktik klinik aborsi ilegal ini terbongkar saat polisi mengusut kasus pembunuhan pengusaha roti asal Taiwan, Hsu Ming-Hu (52), oleh sekretaris pribadinya berinisial SS (37).

Praktik aborsi yang baru diungkap ini tentunya menambah catatan panjang di Raden Saleh, Cikini. Puluhan tahun praktik aborsi di Raden Saleh terus hilang dan muncul.

Cikini, awalnya membawa kesenangan bagi pelancong. Namun, Cikini kembali tercoreng oleh praktik aborsi.

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com