Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Rumah Sakit di Depok Mulai Kewalahan Menampung Pasien Covid-19...

Kompas.com - 15/09/2020, 06:15 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Salah satu tolok ukur pengendalian pandemi Covid-19 adalah sejauh mana wabah dapat ditangani oleh sistem layanan kesehatan, termasuk di dalamnya rumah sakit.

Belakangan, isu ini mencuat ketika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan rencananya menerapkan kembali PSBB secara ketat di Ibu Kota.

Dalam data yang dibeberkan Anies, rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta diproyeksikan penuh pada pertengahan September atau awal Oktober nanti, jika kasus Covid-19 terus bertambah seperti sekarang.

Rupanya, masalah ini bukan hanya dialami Jakarta. Kota Depok, kota satelit Jakarta dengan laporan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jawa Barat dan Bodetabek (berdasarkan laman resmi masing-masing pemerintah kota/kabupaten) menghadapi kenyataan sejenis.

Baca juga: Pandemi Covid-19 yang Kian Gawat di Depok: Jumlah Pasien Melonjak, Rumah Sakit Hampir Penuh

Rumah sakit hampir penuh, Depok krisis ICU

Wali Kota Depok Mohammad Idris mengumumkan bahwa kapasitas rumah sakit rujukan pasien Covid-19 di wilayahnya sudah hampir penuh.

Bahkan, ia menggarisbawahi bahwa ketersediaan ICU dan HCU sebagai ruang perawatan pasien Covid-19 bergejala berat yang sudah habis di Depok.

"Kami hitung seluruh rumah sakit. Ada 9 rumah sakit rujukan di Depok, itu kapasitasnya kalau yang (untuk pasien Covid-19 bergejala) ringan terisi 63 persen, yang (bergejala) sedang terisi 81 persen," ujar Idris kepada wartawan pada Senin (14/9/2020).

"Yang (untuk pasien Covid-19 bergejala) berat memang sudah 100 persen. Itu yang ICU dan perlu oksigen segala macam," kata dia.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Depok, Alif Noeriyanto juga mengungkapkan fenomena serupa.

Menurutnya, saat ini, rumah-rumah sakit rujukan Covid-19 di Depok memang masih dapat menampung pasien, namun kapasitasnya semakin tipis.

Baca juga: Wali Kota Depok Anggap Kerugian Pedagang karena Jam Malam Dapat Disiasati

"Hingga saat ini memang masih bisa ditangani, tetapi rata-rata BOR (bed occupancy rate atau tingkat keterisian tempat tidur) sudah di atas 80 persen di rumah sakit," ujarnya kepada Kompas.com, Senin.

Sebagai informasi, dalam 2 bulan terakhir, Depok mengalami lonjakan kasus aktif/jumlah pasien Covid-19 yang sedang ditangani sebesar 390 persen.

Dari jumlah 159 pasien pada 15 Juli 2020, angka itu sudah naik hampir 5 kali lipat menjadi 780 pasien kemarin, bahkan sempat mencapai 844 pasien pada 12 September.

Jika tren pertumbuhan kasus Covid-19 di Depok tak berkurang, maka suatu hari rumah sakit akan penuh oleh pasien Covid-19.

"Kalau memang sekarang banyak yang positif, kita harus menyiapkan back-up plan (rencana cadangan) untuk isolasi pasien-pasien. Ini yang memang harus dipikirkan lebih lanjut. Sekarang ini yang kami khawatirkan soal angka yang cukup meningkat signifikan," tambah Alif.

Manajer Pelayanan Medik RS Universitas Indonesia, Rakhmad Hidayat mengungkapkan, rumah sakitnya bahkan terpaksa menyeleksi kedatangan para pasien ke RS UI, mempertimbangkan gejala klinis masing-masing.

"Rata-rata 30-50 permintaan per hari, tetapi yang bisa kami terima 5-10 pasien," sebut Rakhmad kepada Kompas.com via keterangan tertulis, Jumat (11/9/2020).

Baca juga: Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di Depok Nyaris Tak Mampu Tampung Pasien

Semakin banyak pasien bergejala sedang-berat

Idris mengaku, pihaknya kini tengah memutar otak, termasuk berkonsultasi dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk mencari jalan keluar merujuk pasien positif Covid-19 bergejala berat di Depok karena krisis ICU dan HCU.

Alif Noeriyanto menyatakan, ada tren bahwa pasien-pasien positif Covid-19 yang ditemukan di Depok bergejala sedang dan berat, kendati pasien tanpa gejala juga banyak.

"Ya betul (ada tren melonjaknya pasien Covid-19 di Depok dengan gejala berat), sejak relaksasi PSBB," ujar Alief.

Bertambahnya pasien bergejala sedang dan berat jelas menambah beban rumah sakit. Arus keluar-masuk antara pasien lama dan baru akan melambat, karena pasien di rumah sakit butuh perawatan yang lebih lama.

Hal ini diakui oleh Direktur RSUD Kota Depok, Devi Maryori yang menyebut bahwa belakangan ini, ruang isolasi pasien Covid-19 di rumah sakitnya konsisten di ambang penuh.

"Kondisi di lapangan terjadi beberapa peningkatan atau ekskalasi yang mereka susah mencari rujukan ICU atau high care," jelas Devi kepada Kompas.com, Jumat (11/9/2020).

Baca juga: Jakarta PSBB Ketat, Depok Tetap Berpegang pada Pembatasan Tingkat RW

"Memang kecenderungannya di akhir-akhir ini, kira-kira sebulan atau 3 minggu terakhir ini, jumlah pasien yang butuh pengawasan itu lebih banyak daripada yang sudah-sudah. Ketika banyak pasien yang membutuhkan pengawasan, baru kami tidak bisa pulangkan, kami tahan sampai pengawasan selesai," lanjutnya.

"Kami juga tidak menyangka kondisinya seperti itu," kata Devi lagi.

Ingin tambah kapasitas, tapi kekurangan SDM

Devi mengaku, pihaknya akan menjadwalkan penambahan kapasitas penanganan Covid-19 di RSUD Kota Depok, termasuk ICU dan HCU yang kian langka.

Namun, ia tak menjamin bahwa ICU dan HCU dapat ditambah dalam waktu singkat, sebab itu artinya juga harus menambah jumlah perawat.

Menurutnya, perawat khusus pasien Covid-19 di ICU dan HCU harus memenuhi standar kompetensi khusus dengan cara mengikuti kursus minimal 2-3 pekan.

"Tentu kami harus merekrut dan kirim ke rumah sakit yang ada pelatihan untuk ICU. Itu perlu effort, semua rumah sakit punya kendala itu. Menambah ICU tidak mungkin tanpa menambah SDM ICU," ujar Devi.

"Kalau pasien biasa kan 4 pasien bisa ditangani 1 perawat. Kalau di ICU, 1 pasien 1 perawat dan perawatnya harus punya kompetensi, tidak sama dengan perawat di ruangan biasa," jelasnya.

Rakhmad Hidayat pun melontarkan kerisauan serupa, ketika mulai Juli dan Agustus RS Universitas Indonesia mulai mengalami kedatangan pasien positif Covid-19 yang kian banyak.

"Kita punya ICU mungkin bisa dikembangkan sampai 30 ventilator, karena kita punya alatnya tetapi kita tidak punya tenaganya. Itu masalah kita," ujar Rakhmat dikutip dari tayangan Mata Najwa, Rabu (9/9/2020).

"Menyiapkan tenaga yang bisa pegang ventilator, pegang ICU, itu kan tidak murah, tidak gampang, dan tidak dalam waktu yang sebentar. Kalau kita mau besar-besaran, tidak bisa dalam waktu 1 atau 2 bulan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com