"Tetapi kalau tidak ya tidak apa-apa," ucapnya.
Baca juga: 116 Keluarga di Rambutan Belum Punya Septic Tank
Hal yang sama juga dikatakan Kawiyan (67).
"Saya sih masa bodoh. Membuang kotoran ke sungai sudah jadi kebiasaan," tutur pria yang sehari-hari menjual tempe itu.
Berbeda dengan Juli, Kawiyan memiliki septic tank di kediamannya.
"Septic tank hanya ada satu untuk lima rumah. Salah satu rumah itu yang saya tempati. Saya ngontrak di sini," ujar Kawiyan.
Kali Cipinang akrab dengan kata 'banjir'. Hal itu juga dirasakan oleh Kawiyan.
Seringkali, setelah hujan deras, luapan sungai merendam rumahnya.
"Kali terakhir, banjir tinggi itu pas tahun baru (2020)," ungkap dia.
Baca juga: Disdik DKI Godok Sanksi untuk Oknum Guru SMAN 58 Jaktim yang Bertindak Rasial
Meski Kali Cipinang kotor dan sering meluap, Kawiyan tetap 'nyaman' tinggal di bantaran kali itu.
Buktinya, ia sudah 34 tahun tinggal di bantaran Kali Cipinang.
"Saya sudah tua, tidak mau neko-neko. Kalau banjir ya ditunggu sampai surut airnya, yang penting setelah itu aktivitas berjualan tempe tetap lancar," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.