Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Di Depok, Sandal Jepit Saja Menang jika Diusung PKS...

Kompas.com - 15/12/2020, 15:01 WIB
Vitorio Mantalean,
Jessi Carina

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pasangan kandidat nomor urut 2 Pilkada Depok Mohammad Idris-Imam Budi Hartono dinyatakan menang versi sistem informasi rekapitulasi (Sirekap) KPU dengan selisih hampir 10 persen dari lawannya pasangan nomor urut 1, Pradi Supriatna-Afifah Alia.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menganggap kemenangan Idris-Imam dapat ditebak jauh-jauh hari.

Padahal, mereka hanya diusung 17 kursi dari PKS, Demokrat, dan PPP, sedangkan Pradi-Afifah bermodal 33 kursi dari Gerindra, PDI-P, Golkar, PAN, PKB, dan PSI.

"Ini sudah terprediksi karena Depok dikenal sebagai basis dan kandangnya PKS. Siapa pun yang diusung PKS relatif mudah memenangkan pertarungan," ujar Adi kepada Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

Baca juga: Idris-Imam Menang di Hampir Semua Kecamatan di Depok, Pengamat Nilai Wajar

"Ada seloroh sebenarnya kalau di Depok, kalau sudah diusung PKS, sandal jepit pun pasti menang. Seperti di Solo dan Surabaya, kalau sudah diusung oleh PDI-P, sandal jepit berpasangan dengan pohon pun merem saja menang," ungkapnya.

Pernyataan itu dianggap cukup menggambar kesolidan mesin partai PKS yang sudah mendominasi Depok selama 15 tahun.

Menurut Adi, dalam kurun tersebut, PKS aktif membangun kesolidan di level akar rumput sehingga basis tersebut sulit ditembus oleh penantang mana pun.

Seandainya Gerindra dan PDI-P mengusung nama yang lebih menjanjikan ketimbang Pradi dan Afifah pun, dalam taksiran Adi, hasil Pilkada Depok tak akan berubah banyak selama lawannya masih PKS.

"Karena loyal voter (pemilih setia) di daerah seperti Depok ini semacam tembok tebal yang susah ditembus oleh apa pun," ujar Adi.

Baca juga: Dituding Bagi-bagi Duit Jelang Pilkada Depok, Kubu Idris-Imam: Silakan Saja Lapor!

"Kecuali ada kejadian extraordinary, seperti keselip lidah kayak Ahok, atau kasus korupsi, baru bisa tumbang calonnya (PKS). Tapi kan kekuatannya sudah mengakar, beranak-pinak, dan berjejaring, tidak bisa gampang untuk ditumbangkan," tambahnya.

Di luar itu, sosok Idris sebagai wali kota petahana dianggap masih jadi pembeda. Meskipun Pradi adalah wakil Idris saat ini, dalam arti juga berstatus petahana, namun psikologi pemilih cenderung mengenali orang nomor satu, bukan nomor dua.

Imam Budi yang notabene kader asli PKS dan pernah 2 periode duduk di DPRD Kota Depok pun memperkuat citra Idris yang merupakan kalangan nonpartai.

Sementara itu, nama Afifah selaku kader PDI-P yang pernah gagal nyaleg pada 2019 lalu, dipandang belum cukup tenar di kancah politik Depok sebagai calon wakil Pradi.

"Tapi, sekali lagi, di atas segala-galanya, terlepas dari Idris dan Pradi, yang harus kita akui di daerah-daerah ada yang disebut dengan basis partai tertentu. Depok ini basis PKS. Surabaya dan Solo basisnya PDI-P," tutur Adi.

"Jadi siapa pun yang diusung oleh partai-partai ini di basis masing-masing cenderung akan memenangkan pertarungan, karena loyal voternya kuat, strong voternya solid," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com