Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok menyatakan, rerata positivity rate Covid-19 di Depok sempat tembus 30 persen.
Itu berarti, tiga dari 10 warga Depok yang dites PCR positif Covid-19. Angka positivity rate itu enam kali lipat di atas ambang batas aman WHO (5 persen).
Baca juga: Satgas Sebut Positivity Rate Covid-19 di Depok Sudah Capai 30 Persen
Penambahan tertinggi kasus baru Covid-19 di Depok pertama kali terjadi pada 27 September 2020.
Secara mengejutkan, ada 366 kasus baru saat itu, padahal sebelumnya hanya ada puluhan kasus baru saban harinya.
Lalu, pada 2 Oktober 2020, penambahan tertinggi kedua pecah dengan 216 kasus baru.
Selanjutnya sampai akhir November 2020, temuan kasus baru Covid-19 mulai konstan di angka 100 kasus per hari.
Namun, dalam kurun waktu itu, Depok hanya dua kali tembus 200 kasus baru sehari, yakni pada 17 dan 27 November dengan 205 kasus baru.
Memasuki dua pekan pertama Desember 2020, temuan 200 kasus baru atau lebih dalam sehari semakin kerap terjadi, bahkan beberapa kali tembus 300.
Penambahan tertinggi akhirnya pecah pada 27 Desember 2020 saat Depok mengumumkan 461 kasus baru Covid-19 dalam sehari.
Pada 8 Januari 2021, penambahan tertinggi kedua terjadi saat ada 407 kasus baru Covid-19 di Depok.
(Geser ke kanan untuk melihat data kasus baru Covid-19 harian di Depok)
Banjir pasien yang tak terkendali di sisi hulu mengakibatkan sisi hilir penanganan pandemi, yaitu rumah sakit, mengalami krisis, jika tidak dikatakan kolaps.
Alarm di Depok sudah berbunyi sejak akhir November 2020.
Dua rumah sakit besar di Depok, yaitu RSUD Kota Depok dan RS Universitas Indonesia (RS UI), menyampaikan kepada pers bahwa okupansi ruang isolasi Covid-19 mereka mulai menyentuh 80 persen.
Baca juga: Alarm bagi Depok, Rumah Sakit Mulai Penuh Pasien Covid-19 Usai Libur Panjang
Dari peringatan itu, ketersediaan ICU bagi pasien bergejala berat jadi hal yang paling mengkhawatirkan karena jumlahnya memang sedikit, sehingga tak dapat menerima seluruh pasien Covid-19 yang dirujuk ke dua rumah sakit itu.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil kemudian mengonfirmasi pada 2 Desember silam bahwa rata-rata keterpakaian tempat tidur isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit di Depok sudah mencapai 80-an persen. Kala itu, jumlah pasien Covid-19 “baru” 2.196 orang.
Pada 29 Desember 2020, ketika jumlah pasien Covid-19 sudah 3.343 orang, Direktur RSUD Kota Depok Devi Maryori membenarkan bahwa instalasi gawat darurat (IGD) di rumah sakit yang ia bawahi penuh.
Akibatnya, pasien mesti mengantre.
Baca juga: Kasus Covid-19 Naik Terus, Pasien Antre Masuk RSUD Depok
Sepekan berselang, Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita menyebutkan bahwa situasi di rumah sakit “semakin mencekam”.
“Hampir mendekati 90 persen,” ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (5/1/2021), soal okupansi tempat tidur isolasi Covid-19 di 21 rumah sakit di Depok.
Yang lebih gawat, Novarita turut membenarkan bahwa 56 ruangan ICU untuk pasien Covid-19 di Depok juga sudah penuh.
“Ya, begitu (sudah penuh). Kan (ketersediaan ICU di Depok) cuma 56, yang butuh se-Depok,” kata dia saat itu.
“Kasus-kasus juga banyak yang meningkat. Saya enggak bisa bilang kalau ICU non-Covid-19 masih banyak, karena ICU sedikit. Saya tidak punya data yang non-Covid-19 ada banyak atau tidak yang butuh ICU,” ucap Novarita kala ditanya soal ancaman kolapsnya rumah sakit.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Depok Terus Melonjak, ICU Penuh, Sisa Tempat Tidur Isolasi Kian Menipis