Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liga 1 Tak Jelas, Reva Adi Utama: Kontrak di Klub Habis, Jual Mahar demi Bisnis

Kompas.com - 11/02/2021, 16:44 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kompetisi liga sepak bola di Indonesia masih belum dilanjutkan sejak dihentikan pada Maret 2020 karena pandemi Covid-19.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan bersama Kementerian Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora), Polri, dan Satgas Penanganan Covid-19 telah melakukan rapat koordinasi terkait rencana penyelenggaraan kompetisi, Rabu (10/2/2021) di Gedung Kemenpora, Jakarta.

Akan tetapi, belum ada kepastian kapan kompetisi sepak bola Indonesia kembali dilangsungkan.

Baca juga: SOP Pertandingan PSSI dan PT LIB, Ada Penekanan di Suporter

"Kami terus berusaha agar liga bisa bergulir lagi. Mudah-mudahan Polri bisa memberikan izinnya," kata Iriawan.

Nyaris setahun tanpa kompetisi, para pesepak bola yang selama ini hanya perlu fokus pada kariernya pun dipaksa untuk keluar dari zona nyaman demi satu alasan: dapur tetap ngebul.

Hal itu diungkapkan Reva Adi Utama (24). Bek yang pernah memperkuat PSM Makassar itu tengah merintis bisnis konveksi bersama istrinya yang adalah mantan atlet timnas polo air asal Jakarta, Alya Nadira.

Keduanya tengah membangun merek pakaian olahraga Summa Indonesia yang telah berjalan dua bulan berawal dari ketakutan tidak mendapatkan sumber penghasilan.

"Awalnya saya yang ingin punya brand pakaian renang sendiri, yang ngerjain konveksi orang. Bilang ke Reva at the end gue pengen punya konveksi sendiri, tapi bukan sekarang. Nanti kalau Reva udah bisa kasih modal," kata Alya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/2/2021).

"Saya bilang itu sambil menunggu kejelasan liga jalan dulu. Kan udah sampai meeting segala, ternyata enggak ada kejelasan. Akhirnya saya dan Reva mikir kita enggak bisa kayak begini. Kita punya anak, kebutuhan banyak. Bisa-bisa kita bangkrut," papar Alya.

Pasangan yang menikah pada Februari 2019 lalu itu sepakat tidak bisa mengandalkan aset dan tabungan pribadi untuk memenuhi kebutuhan di kala liga masih vakum.

Hal itu, lanjut Alya, di luar dari rencana mereka berhubung pasangan ini baru memiliki putra berusia satu tahun.

"Jadi, saya bilang ke Reva: 'Ayo, kita pertaruhkan semuanya untuk beli mesin (konveksi)'. Jadi kita tidak perlu berharap pada liga. Kalaupun liga jalan jadi bonus saja. Dengan pertimbangan Reva belum main lagi dan bisa bantu (bisnis), akhirnya kita pertaruhkan semua. Modalnya kan besar," urainya.

Reva memaparkan, demi merintis bisnis tersebut, ia dan Alya harus menjual aset bahkan mahar pernikahan mereka.

"Kita sudah jual emas, mahar juga kita jual. Rencananya aku juga mau jual tanah di Makassar untuk ekspansi bisnis," kata Reva.

Baca juga: Pemain Butuh Makan, PSSI Tak Berdaya Larang Tarkam

Reva mengaku lebih memilih berbisnis hingga terpaksa jual aset ketimbang ikut kompetisi antarkampung (tarkam) yang beberapa pesepak bola terpaksa lakukan demi kondisi keuangan terjaga.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com