JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 sudah setahun melanda Tanah Air sejak Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kasus pertama seorang warga yang terpapar SARS-CoV-2 pada 2 Maret 2020.
Pengumuman yang menjadi penanda awal bahwa Covid-19 telah masuk ke Indonesia itu mengejutkan banyak pihak.
Banyak di antara warga panik dan khawatir akan diberlakukannya "lockdown" seperti di Wuhan, Tiongkok yang membuat mereka tidak bisa beraktivitas ke luar rumah.
Kekhawatiran tersebut itu akhirnya membuat sebagian masyarakat melakukan panic buying. Mereka tanpa pikir panjang memborong produk kesehatan hingga bahan pokok dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhannya.
Borong kebutuhan pokok
Akhirnya aksi panic buying banyak terjadi di sejumlah wilayah. Banyak pusat perbelanjaan dan pasar yang mendadak ramai dikunjungi konsumen, lalu membeli barang dalam jumlah besar.
Salah satunya di pusat perbelanjaan Grand Lucky di kawasan SCBD, Jakarta Selatan pada Maret 2020.
Baca juga: Dua WNI Terinfeksi Virus Corona, Pusat Perbelanjaan Grand Lucky Diserbu Warga
Pascainformasi dua orang WNI positif terinfeksi virus corona, pusat perbelanjaan itu dipenuhi warga yang berbondong-bondong ingin membeli kebutuhan pokok.
Pantauan Kompas.com di lokasi, antrean panjang tampak mengular di depan kasir. Dalam satu garis antrean, terdapat 15-20 warga yang membawa troli.
Warga yang antre itu membawa troli yang berisi barang-barang kebutuhan pokok seperti mi instan, beras, dan minyak.
Beberapa rak mi intan bahkan sudah tampak kosong karena diburu warga. Tak hanya kebutuhan pokok, warga juga memborong masker dan hand sanitizer.
Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19: Bandara Soekarno-Hatta Sempat Tutup, tetapi Kasus Pertama Tetap Muncul
Yani Lin, salah seorang warga di lokasi mengatakan, keluarganya memang rutin membeli barang kebutuhan pokok setiap awal bulan di Grand Lucky.
Namun, Yani sengaja membeli lebih banyak kebutuhan pokok dibanding biasanya setelah mengetahui virus corona masuk ke Indonesia.
Alasannya, dia khawatir kesulitan memenuhi kebutuhan ketika sejumlah fasilitas publik di Ibu Kota ditutup selama pandemi Covid-19 seperti di Wuhan.
"Setiap bulan memang selalu belanja kebutuhan pokok, tapi setelah mendengar kabar dua orang sudah terinfeksi virus corona, lebih khawatir aja. Saya takut Jakarta akan lockdown (tertutup) seperti di Wuhan," ujar Yani.