Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Ondel-ondel Betawi: Dari Perayaan Panen, Kini Dilarang sebagai Sarana Ngamen

Kompas.com - 26/03/2021, 16:33 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Menurut Rizal, pelarangan ondel-ondel menggunakan Perda Kebudayaan Betawi memiliki dua kesalahan mendasar.

Kesalahan pertama, Pemprov DKI dianggap tidak mengerti secara historis ondel-ondel memang digunakan masyarakat Betawi untuk hiburan rakyat keluar-masuk kampung.

"Pertama dosa karena gak ngerti secara kultural historis emang ondel-ondel ngider keluar masuk kampung," kata Rizal.

Kesalah kedua adalah Perda Kebudayaan Betawi Nomor 11 Tahun 2017 sebagai rujukan pelarangan ondel-ondel sebagai sarana mengamen adalah produk yang tidak mengerti ondel-ondel itu sendiri.

"Kedua ngasih lihat Perda kebudayaan Betawi itu produk aturan yang enggak ngarti kebudayaan Betawi," kata Rizal.

Sejarah ondel-ondel dan peristiwa melatarbelakangi digunakan untuk mengamen

Menurut Budayawan Betawi Ridwan Saidi, ondel-ondel lahir bersama dengan para petani di wilayah pinggiran Kota Jakarta.

Ondel-ondel dibuat saat pertanian modern dan irigasi mulai ditemukan untuk mengairi sawah-sawah yang ada di sekitar Jakarta.

Baca juga: Tak Setuju Ondel-ondel Dilarang Ngamen, Ridwan Saidi: Biar Rakyat Cari Makan!

Sejak dahulu, ketika musim panen tiba, ondel-ondel menjadi teman masyarakat Betawi untuk merayakan panen.

"Sejak itu orang menyambut panen dengan ondel-ondel. Ondel-ondel itu artinya menankjubkan," kata Ridwan.

Kemudian ondel-ondel mulai bergeser sebagai sarana hiburan dan pengiring acara-acara besar seperti pernikahan dan acara adat lainnya.

Dua tokoh pria dan wanita yang menjadi teman pertanian masyarakat Betawi tersebut mulai digunakan untuk mengamen sejak 1998, kata Ridwan.

Saat krisis ekonomi yang berujung dengan reformasi dan pergantian kepemimpinan Indonesia. Kala itu, ondel-ondel mulai dijadikan sarana mengamen untuk mengais rezeki para

"(Sejak) Reformasi, kan dulu rakyat hidupnya bagus, pasca reformasi kan orang pada gempor. Waktu jaman orde baru gampang, orang nyari duitnya gampang. Itu dicari jalan keluarnya (mengamen), orang nggak punya alternatif itu," kata Ridwan.

Ridwan meminta agar Pemprov DKI bijak dalam menyikapi pengamen ondel-ondel. Karena jika dilarang begitu saja, khawatir seniman ondel-ondel justru tak memiliki pilihan lagi untuk mengais rezeki.

"Dia nggak ada alternatif, hidupnya pake apa? Mau bikin layangan musim ujan mulu kagak laku," kata Ridwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com