TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Masjid Asmaul Husna berdiri megah di sisi Jalan Raya Kelapa Dua, kawasan Gading Serpong, Tangerang.
Masjid bernuansa hijau dengan motif kaligrafi di hampir sebagian sisi luar bangunan itu terlihat jelas dari kejauhan.
Kubahnya datar berbentuk oval, tak menonjol seperti masjid pada umumnya. Permukaannya tampak menurun ke arah barat, sejajar dengan arah kiblat.
Masjid berbalut kaligrafi itu pun tak ayal menarik perhatian warga dan pengendara yang melintas.
Banyak di antaranya yang sejenak mampir untuk sekadar berswafoto atau bahkan menunaikan ibadah shalat di masjid tersebut.
Baca juga: Menengok Pesona Masjid Keramat Luar Batang, Bangunan Ratusan Tahun di Pesisir Jakarta
Masjid dengan tiga lantai itu dibangun atas inisiasi Komunitas Muslim Gading Serpong (KMGS).
Kala itu, muslim yang tergolong kelompok minoritas di kawasan tersebut menginginkan berdirinya rumah ibadah.
"Untuk kebutuhan muslim yang tinggal di sini, kan pasti memimpikan ada sebuah tempat ibadah. Nah kira-kira kami merintis ke sana lah," ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Asmaul Husna, Ngatino, saat ditemui, Rabu (22/4/2021).
Ngatino bercerita, Masjid Asmaul Husna mulai dibangun pada 2011.
Pembangunan dilakukan secara bertahap selama kurang lebih tiga tahun secara sukarela oleh para jemaah.
Baca juga: Masjid Agung Al Jihad di Ciputat, Ikon Azan Maghrib TVRI Tahun 1960-an
Pada tahap pertama, bangunan seluas 2.500 meter persegi itu belum memiliki ornamen kaligrafi.
Sampai akhirnya pembangunan masjid tersebut dilanjutkan dan rampung pada 2013.
Setiap lantainya Masjid Asmaul Husna memiliki fungsi berbeda-beda.
Lantai satu berfungsi sebagai aula yang bisa dipakai untuk kegiatan keislaman hingga pernikahan, sedangkan lantai dua dan tiga dikhususkan sebagai ruang ibadah.
Ngatino mengatakan, Emil -sapaan akrab Ridwan Kamil- terlibat langsung dalam proses renovasi dan merancang sendiri model baru untuk Masjid Asmaul Husna dengan balutan kaligrafi kufi, model tulisan tertua di dunia seni kaligrafi.
"Desain ini sumbangsih dari Pak Ridwan Kamil. Waktu itu kan profesinya masih arsitek saja," ucap Ngatino.
Baca juga: Masjid Kalipasir Tangerang dan Cerita soal Pilar Pemberian Sunan Kalijaga
Hal itu pun dikonfirmasi oleh Emil melalui unggahan video dalam akun media sosial pribadinya.
Emil menerangkan bahwa Masjid Asmaul Husna dirancang sebelum dia menjabat Wali Kota Bandung.
"Masjid Asmaul Husna ini ada di Gading Serpong. Saya desain sebelum jadi Wali Kota," ujar Emil dikutip Kompas.com, Rabu (21/3/2021).
View this post on Instagram
Dalam rancangannya, Emil menawarkan dinding berbalut kaligrafi, kubah datar, hingga langit-langit dengan lubang cahaya berbentuk bintang.
Semuanya memiliki filosofi tersendiri.
Sesuai namanya, kaligrafi yang membalut hampir sebagian besar bangunan itu bertuliskan Asmaul Husna, sebutan atau nama-nama Allah dalam agama Islam.
Tulisan Asmaul Husna itu dibuat dengan gaya kaligrafi kufi.
"Jadi semacam penjabaran dari Asmaul Husna, kan totalnya 99," ungkap Ngatino.
Di bagian tengah dibuat lubang berbentuk bintang yang membuat cahaya matahari bisa langsung menembus ke dalam ruang ibadah.
"Kubahnya itu tipis melengkung agak menurun. Itu menandakan sujud. Kemudian dibuat berlubang berbentuk bintang menandakan shalat lima waktu," tutur Ngatino.
Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kalipasir: Tertua di Kota Tangerang, Berawal dari Gubuk Kecil untuk Syiar Islam
Para pemrakarsa Masjid Asmaul Husna pun sepakat dengan desain tersebut, terutama dengan ornamen kaligrafi Asmaul Husna di seluruh dinding luar bangunan.
"Kami sebagai seorang muslim ya punya nama-nama Asmaul Husna ini kan selain menjadi kebanggan, juga ini kan idola kami . Nama-nama ini kan nama idola kami seorang muslim. Kenapa tidak," kata Ngatino.
Kini, masjid dengan balutan kaligrafi nama-nama Allah itu banyak dikunjungi masyarakat.
Tidak hanya dari kawasan Tangerang, tetapi juga dari luar daerah seperti Kota Bandung, bahkan dari Kalimantan dan Sulawesi.
Para pengunjung, baik muslim maupun kalangan nonmulim, datang berbondong-bondong untuk melihat bentuk asli Masjid Raya Asmaul Husna yang cukup ikonik itu.
"Ya alhamdulillah. Ini mungkin dengan ada ikon di Gading Serpong ini kan juga menunjukkan kemajemukan di wilayah ini. Tidak eksklusif. Semua boleh masuk," kata Ngatino.
Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kebon Jeruk, Saksi Bisu Penyebaran Islam dari Tiongkok
Kini, Masjid Asmaul Husna tak lagi sekadar tempat beribadah, tetapi sudah menjadi salah satu tujuan wisata religi bagi masyarakat dari berbagai daerah.
Kondisi itu terlihat dengan jumlah pengunjung yang terus meningkat sejak beredar luasnya gambar Masjid Asmaul Husna di media sosial.
"Setiap Sabtu Minggu itu banyak yang datang, bahkan rombongan pakai bus. Alhamdulillah mungkin masyarakat sudah mendamba-mendambakan," ungkap Ngatino.
"Sekarang kan terkenal istilah wisata religi, bukan hanya wisata ke tempat yang lain tapi juga beribadah. Karena kan datang ke sini bukan sekadar berwisata, foto-foto, tapi juga beribadah toh," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.