Sebagai seorang yang sudah belasan tahun bergelut di Labkesda DKI Jakarta, Siti mengatakan bahwa pandemi Covid-19 merupakan wabah yang paling menyeramkan yang pernah dia tangani.
Pada saat wabah flu burung, wabah itu tidak memakan waktu banyak untuk menghilang dengan sendirinya.
Pandemi Covid-19 berbeda, sudah setahun sejak dia memeriksa sampel pertamanya, pandemi Covid-19 masih terus bertambah.
"Pemeriksaan makin nambah, setiap hari semakin bertambah banyak," kata dia.
Hingga Labkesda akhirnya memerlukan banyak relawan untuk membantu jalannya pemeriksaan PCR dari ribuan sampel yang dikirimkan setiap hari dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Baca juga: Kisah Ratu Tisha, Masuk di Pusaran Sepak Bola Tanah Air hingga Dobrak Tradisi
Di tengah-tengah menunggu hasil pembacaan PCR oleh mesin, Siti seringkali merenung bersama rekan-rekan kerjanya. Kapan pandemi ini berakhir?
Angka-angka di dalam monitor terus bertambah, sedangkan di balik kaca jendela tempat dia bekerja masih ada banyak masyarakat yang enggan menggunakan masker dan menjalankan protokol kesehatan.
"Kita waktu memeriksa di lab, seringkali berpikir ya Allah kenapa ini orang nggak mau dengar, kok orang-orang masih aja tetap bergerombol, ke mana-mana masih bikin acara, kumpul-kumpul di mana-mana. Suka sedih begitu aja ya Allah ini orang kok nggak sayang sama nyawa sendiri, apa mereka nggak berpikir makin bertambah begini, padahal kita sudah lelah," kata Siti.
Keluh kesah Siti bersama rekan kerjanya di Laboratorium tak hanya dirasakan saat dia memeriksa sampel Covid-19. Dia juga merasakan tingkat kepercayaan masyarakat sangat rendah terhadap pandemi ini dari orang-orang di sekitar.
Misalnya saja saat Siti melakukan pengajian rutin terbatas di tempat tinggalnya di Komplek Halim Perdanakusuma Jakarta Timur.
Dia mengatakan, masih banyak orang di sekitar rumahnya yang enggan menerapkan protokol kesehatan secara disiplin. Meskipun Siti sebagai seorang yang bergelut dengan sampel Covid-19 seringkali mengingatkan.
"Kalau soal masyarakat masih banyak membandel pun, sampai saat ini masyarakat masih banyak," kata dia.
Baca juga: Soal Orang yang Menolak Vaksin karena Tak Percaya Covid-19, MUI: Ini Penyakit, Kita Wajib Berobat
Dia pernah menyempatkan diri untuk pulang ke tanah kelahirannya di Aceh dan tetap mematuhi protokol kesehatan menggunakan masker.
Tapi Siti justru merasa menjadi "alien" di tengah kampungnya karena hanya dia yang mengenakan masker.
"Saya di daerah kelahiran saya saja di Aceh, saya pulang saja menjadi tontonan saat saya pakai masker," ucap Siti.