Sekitar tiga bulan lalu, ada seorang pengendara motor yang menabrak trotoar kecil di depan rumah Anwar.
"Kecelakaan-kecelakaan kecil itu emang sering terjadi," katanya.
Selain sering terjadi kecelakaan di sekitar kediamannya, Anwar sekeluarga kerap merasa resah.
"Karena apa, ya, namanya kami keluar rumah itu langsung pinggir jalan. Tidak ada halaman, tidak ada apa pun," papar dia.
"Jadi, ya sangat mengkhawatirkan," sambungnya.
Polusi udara serta polusi suara juga menjadi hal yang dia resahkan.
Terlebih lagi, tiap sore hari, jalan tersebut dipadati oleh kendaraan.
"Kalau sore di sini macet. Ya mau enggak mau, saya udah pusing, ya saya masuk ke dalam karena polusi dan kebisingan. Karena sudah terlampau lama, sudah familiar dengan kebisingan itu," ungkap Anwar.
Baca juga: Kemenhub Buat Aturan Baru soal Transportasi Udara, Bandara Soekarno-Hatta Bersiap
Dia menambahkan, di rumah tersebut ada beberapa anak di bawah umur, termasuk tiga putranya.
Putra paling tuanya berumur 13 tahun, sedangkan yang bungsu berumur 6 tahun.
Anwar mengaku khawatir bila anak-anaknya tertabrak jika keluar rumah tanpa pengawasan orang yang lebih tua.
"Ya saya bilangin, kalau keluar rumah itu melipir dulu ke pinggir, jangan langsung ke depan," ucap dia.
Beruntungnya, selama ini Anwar sekeluarga tidak pernah mengalami kejadian yang tidak diinginkan atau terluka karena tertabrak kendaraan.
"Saya selalu tegas agar mereka selalu berhati-hati, tapi alhamdulillah selama ini belum pernah kejadian apa-apa," tuturnya.
Anwar menuturkan, dia sengaja menanam sebuah pohon yang cukup besar di depan rumahnya untuk meminimalisasi polusi udara.