Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mencari Donor Plasma Konvalesen, Banyak Penyintas Takut ke RS

Kompas.com - 24/06/2021, 06:04 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan MY (28), warga Depok, untuk menemukan donor (penderma) plasma konvalesen belum bersambut hingga ajal menjemput sang ayah.

MY bercerita kesulitan menemukan donor plasma konvalesen untuk sang ayah lantaran banyak orang yang takut ke rumah sakit.

"Kebanyakan yang kena Covid-19 itu enggak mau kena lagi. Jadi mereka menghindari hal-hal yang berbau medis. Karena beberapa ada yang berkenan mendonor, tapi enggak mau ke rumah sakit lagi, " ungkap MY.

Selain tidak berani, urusan mencari donor baginya tidaklah sederhana. MY mengaku masih ada orang yang bersedia mendonasikan untuk ayahnya, tetapi donor tersebut tidak memenuhi syarat.

Baca juga: Ini Syarat dan Cara Penyintas Covid-19 Donorkan Plasma Darah Konvalesen

"Sempat ada yang mau, tapi karena gejalanya bukan berat, jadi enggak bisa, " lanjut dia.

Tidak hanya menyebar permohonan bantuan melalui kerabat, saudara, dan bahkan sosial media, MY juga sudah mencari donor di bank donor, seperti Blood4life dan Palang Merah Indonesia (PMI), tetapi tidak membuahkan hasil.

MY bercerita, ayahnya yang berusia 55 tahun tersebut meninggal berselang 5 hari setelah masuk rumah sakit.

Ia mengaku, ayahnya itu memiliki penyakit gula yang sudah kumat sejak sebulan sebelumnya. Ia juga sempat mengalami sesak napas.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Stok Plasma Konvalesen PMI Kota Tangerang Habis

Saat di rumah sakit, ayah MY langsung dibawa ke ICU dan dua hari kemudian ia diminta untuk mencari donor plasma konvalesen untuk ayahnya.

"Namun yang disayangkan, pihak rumah sakit saat itu hanya menyuruh kami mencari pendonor plasma konvalesen, meskipun belum jelas ayah saya positif atau tidak. Mereka cuma bilang kalaupun sembuh, Bapak harus cuci darah, " kenang MY.

Selain itu, MY juga menyayangkan pelayanan rumah sakit yang tidah mengizinkan keluarga memiliki surat keterang hasil tes sang ayah.

"Saat meninggal baru dinyatakan positif, tapi kami tidak diberikan hasil lab saat itu. Mereka sempat beralasan hasilnya belum jadi. Baru setelah memaksa, akhirnya diperlihatkan hasil laboratorium, tapi suratnya tidak boleh dibawa pulang, " Lanjut MY.

Meski merasa cukup aneh dengan keadaan tersebut, pada akhirnya MY dan keluarga memakamkan sang ayah dengan protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku. 

Baca juga: Daftar Tempat Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 di Jabodetabek

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com