JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan MY (28), warga Depok, untuk menemukan donor (penderma) plasma konvalesen belum bersambut hingga ajal menjemput sang ayah.
MY bercerita kesulitan menemukan donor plasma konvalesen untuk sang ayah lantaran banyak orang yang takut ke rumah sakit.
"Kebanyakan yang kena Covid-19 itu enggak mau kena lagi. Jadi mereka menghindari hal-hal yang berbau medis. Karena beberapa ada yang berkenan mendonor, tapi enggak mau ke rumah sakit lagi, " ungkap MY.
Selain tidak berani, urusan mencari donor baginya tidaklah sederhana. MY mengaku masih ada orang yang bersedia mendonasikan untuk ayahnya, tetapi donor tersebut tidak memenuhi syarat.
Baca juga: Ini Syarat dan Cara Penyintas Covid-19 Donorkan Plasma Darah Konvalesen
"Sempat ada yang mau, tapi karena gejalanya bukan berat, jadi enggak bisa, " lanjut dia.
Tidak hanya menyebar permohonan bantuan melalui kerabat, saudara, dan bahkan sosial media, MY juga sudah mencari donor di bank donor, seperti Blood4life dan Palang Merah Indonesia (PMI), tetapi tidak membuahkan hasil.
MY bercerita, ayahnya yang berusia 55 tahun tersebut meninggal berselang 5 hari setelah masuk rumah sakit.
Ia mengaku, ayahnya itu memiliki penyakit gula yang sudah kumat sejak sebulan sebelumnya. Ia juga sempat mengalami sesak napas.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Stok Plasma Konvalesen PMI Kota Tangerang Habis
Saat di rumah sakit, ayah MY langsung dibawa ke ICU dan dua hari kemudian ia diminta untuk mencari donor plasma konvalesen untuk ayahnya.
"Namun yang disayangkan, pihak rumah sakit saat itu hanya menyuruh kami mencari pendonor plasma konvalesen, meskipun belum jelas ayah saya positif atau tidak. Mereka cuma bilang kalaupun sembuh, Bapak harus cuci darah, " kenang MY.
Selain itu, MY juga menyayangkan pelayanan rumah sakit yang tidah mengizinkan keluarga memiliki surat keterang hasil tes sang ayah.
"Saat meninggal baru dinyatakan positif, tapi kami tidak diberikan hasil lab saat itu. Mereka sempat beralasan hasilnya belum jadi. Baru setelah memaksa, akhirnya diperlihatkan hasil laboratorium, tapi suratnya tidak boleh dibawa pulang, " Lanjut MY.
Meski merasa cukup aneh dengan keadaan tersebut, pada akhirnya MY dan keluarga memakamkan sang ayah dengan protokol kesehatan sesuai aturan yang berlaku.
Baca juga: Daftar Tempat Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 di Jabodetabek
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.