Pria kelahiran 10 Agustus 1977 ini tidak pernah menyangka bahwa penangkapan pengedar narkoba sebelumnya akan membawanya ke rumah salah satu artis idolanya.
"Kaget saya, awalnya tidak tahu. Setelah selesai dan masuk mobil, ada yang bilang kalau itu dia, salah satu idola saya," kenang Edy mengisahkan salah satu kasus saat itu.
Ia tidak pernah menduga bahwa seseorang yang baru saja ditangkap beberapa menit sebelumnya, ketika selagi tidur, adalah artis idolanya.
Baca juga: Cerita Krishna Murti Ditodong Daeng Azis Saat Redam Bentrokan di Kalijodo
Kejadian hari itu seperti dejavu baginya. Karena sudah kesekian kalinya, Edy mendapati idolanya terpaksa diborgol karena terjerat kasus narkoba. Borgol itu dipasangkan oleh timnya sendiri.
Sebelumnya, ada beberapa artis yang Edy idolakan juga bernasib serupa. Sebagai seorang penggemar, ia mengaku kecewa dengan perilaku idolanya tersebut.
"Sejujurnya, saya sangat kecewa sekali. Kecewa sebagai fans, juga sebagai seorang penegak hukum," kenangnya.
Meski demikian, keadaan tersebut tidak menjadikannya mati rasa terhadap karya-karya sang idola.
"Justru setelah kejadian seperti itu, kami jadi akrab dan berteman baik sampai sekarang. Mereka bahkan bilang terima kasih karena sudah menyadarkan. Bahkan, saya juga suka diberikan tiket konser," ungkapnya.
Kegigihan Edy dalam mengungkap berbagai kasus merupakan sebuah kebiasaan yang telah ia pupuk sejak masa muda.
Edy berasal dari keluarga sederhana. Lahir di Cepu, Jawa Tengah, dan besar di Jakarta, membuatnya lebih paham dengan pentingnya bekerja keras untuk bertahan di Ibu Kota.
Selepas SMA, Edy berhasil bergabung dengan Sekolah Bintara Prajurit Karier (Seba PK) Polri pada tahun 1996. Meski telah mencapai salah satu mimpi yang diraihnya dengan susah payah, Edy muda masih ingin mengejar impiannya yang lain, yaitu kuliah.
Sambil berdinas, Edy akhirnya memutuskan mengikuti kegiatan perkuliahan jurusan Ilmu Hukum. Keputusan Edy ini terhitung nekat karena saat itu ia belum meminta izin dari para atasan.
Sempat berkuliah diam-diam selama delapan bulan, akhirnya kegiatan sembunyi-sembunyi itu diketahui para atasan.
"Karena saya yang pertama kuliah di angkatan saya, alhasil, selepas apel setiap Jumat, saya dihukum dengan menjelaskan materi-materi kuliah saya kepada rekan-rekan," kenang Edy.
Perjuangan Edy tidak berakhir di situ. Saat itu, Edy muda juga harus memutar otak untuk membiaya perkuliahannya. Ia kemudian mulai mencari pemasukan dari berbagai jenis pekerjaan.
"Saya pernah bekerja yang kerjaannya itu buka tutup pintu gerbang, mencucikan mobil. Benar-benar dari nol," kenang dia.
Tidak hanya dari bawah, Edy juga pernah bekerja di tempat yang membanggakan baginya. Ia pernah menjadi pengawal Presiden BJ Habibie. Bahkan, dilihat dari usia, ia merupakan pengawal paling muda dalam tim keamanan saat itu.
Perjuangan Edy tidak sia-sia. Kehausannya terhadap pendidikan terbalas sudah. Tidak hanya gelar sarjana ia khatamkan, tetapi kini juga menyandang gelar doktor di bidang ilmu hukum yang didapatkannya pada Januari 2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.