Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pegawai Sektor Non-esensial Dipaksa "Ngantor", Bos-bos Diminta Tahu Diri Keadaan Gawat

Kompas.com - 06/07/2021, 09:55 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

Menumpang transportasi publik, di tengah kabar duka akibat Covid-19 yang saban hari terbaca di media sosial atau terdengar dari mushala setempat, jelas bukan perkara gampang bagi kondisi psikis orang-orang seperti Siti.

"Takut banget parah. Sekarang kalau ke kantor kayak perang. Aku naik busway itu sudah ramai," kata Siti kepada Kompas.com.

Baca juga: Luhut Minta Menaker Terbitkan Instruksi yang Wajibkan Karyawan Sektor Non-esensial WFH

"Sampai kantor itu habis absen langsung pakai hand-sanitizer, terus sebelum duduk tas ditaruh bawah, disemprot disinfektan sampai bau seruangan. Karena kan kantor bukan ruangan terbuka, udaranya muter di situ juga."

Siti merupakan pegawai perusahaan pengelola gedung. Perusahaan itu membagi 30-an karyawannya jadi dua kelompok untuk menerapkan selang-seling sif WFH dan bekerja dari kantor, meskipun bukan termasuk sektor esensial.

Sialnya, hanya Siti yang tersisa di departemen tenant relations, bagian yang mengurusi hubungan dengan penyewa ruangan.

Dua kolega Siti sedang isolasi karena terpapar Covid-19. Ia terpaksa menambal posisi temannya dan masuk kantor tiap hari.

"Padahal, memungkinkan banget untuk WFH karena sekarang kan sudah digital, kalau tenant ada komplain atau permintaan biasa via telepon atau email. Jadi, memungkinkan banget," ujar Siti.

Saat ini, gedung yang perusahaannya kelola pun dalam keadaan sepi karena pandemi Covid-19 memang sedang gawat-gawatnya.

Perusahaan-perusahaan itu mayoritas menerapkan WFH untuk pegawainya. Lalu, untuk apa Siti tetap harus ke kantor?

Segalanya jadi terasa konyol. Apalagi, sebagian koleganya bekerja dari rumah, sehingga di kantor Siti rapat via Zoom dengan mereka yang WFH.

Untuk apa dia masih harus pergi ke kantor setiap hari dan terjebak dalam risiko terpapar Covid-19? Bukankah ia bisa bekerja dari rumah saja?

"Kata bos, enggak bisa," ujar Siti.

Usul ditolak, tak bisa bertindak

Sebagai pegawai, Siti dan Dimas tak punya banyak pilihan. Dimas mau tak mau manut instruksi bos, si anggota Dewan, berbagi ruangan yang luasnya setara kamar kos bersama enam staf lain si legislator.

Padahal, agenda sedang lengang. Rapat-rapat DPR RI sudah bisa diakses virtual. Realisasi program kerja di lapangan pun bertahap.

Soal menyiapkan materi rapat, memikirkan konsep, brainstorming ide, atawa berkoordinasi dengan tim, Dimas sudah mafhum betul cara melakoninya lewat Zoom atau WhatsApp. Itu sudah dilakukan sehari-hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com