Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Konsekuen dengan Target Tes yang Dicanangkan pada Awal PPKM Darurat

Kompas.com - 22/07/2021, 13:34 WIB
Vitorio Mantalean,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jelang PPKM darurat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan peningkatan kapasitas tes Covid-19 di Indonesia menjadi 400.000 orang per hari.

PPKM darurat telah diperpanjang dan diubah nama jadi PPKM level 3-4, tetapi target ini masih jauh panggang dari api.

Tes ini penting agar warga positif Covid-19 dapat segera terlacak dan diisolasi atau dirawat, sehingga mengurangi peluang kematian sekaligus mengendalikan penularan.

Baca juga: Kematian Pasien Covid-19 Isoman Meluas, Pertanda Nyata Sistem Kesehatan Kolaps

Jika penularan terus berlangsung, sistem kesehatan yang saat ini terindikasi kolaps berpotensi kolaps sungguhan.

"Ini seperti menampung banjir dengan ember. Akan luber. Harus secepatnya menghentikan banjir di hulu," kata co-inisiator Lapor Covid-19 Ahmad Arif kepada Kompas.com, Kamis (22/7/2021).

"Tes sangat penting. Memang situasinya berat. Saya bilang, kita harus optimistis, mau tidak mau. Harus tetap berusaha," lanjutnya.

Baca juga: PPKM Level 4 Jakarta: Mal Tetap Ditutup, Pasar Tradisional Boleh Buka

Sejauh ini, rekor tertinggi tes di Indonesia baru 188.551 orang pada 17 Juli 2021, hasil kombinasi dari tes PCR, antigen, dan TCM (tes cepat molekuler).

Jumlah ini bahkan belum sampai separuh dari target 400.000 yang dicanangkan Menkes di awal PPKM darurat. Dan saat ini, tren tes justru terus menurun.

Tes di Indonesia juga masih bermasalah karena jumlahnya didominasi tes dari DKI Jakarta yang sudah 20 kali lipat standar minimum WHO.

Per kemarin, misalnya, DKI Jakarta mendominasi 36 persen tes PCR nasional dan 11 persen tes antigen nasional. Padahal, jumlah penduduk Ibu Kota hanya sekitar 3-4 persen penduduk Indonesia.

Baca juga: Pakar: Banyak Pasien Covid-19 Merasa OTG, Saat Rontgen Ternyata Ada Pneumonia

Pemerintah dinilai harus mengutamakan pendekatan tes, lacak, dan isolasi yang mumpuni saat pembatasan mobilitas warga seperti sekarang, bukan hanya pendekatan vaksinasi.

Terlebih lagi, menggenjot kapasitas tes adalah target pemerintah sendiri di awal PPKM, sehingga pemerintah dinilai harus konsekuen dengan target itu.

Arif mencontohkan kebijakan pemerintah India ketika diterpa lonjakan drastis kasus Covid-19 seperti yang saat ini dialami Indonesia.

Baca juga: Risiko Tertular Covid-19 Makin Tinggi karena Tes dan Lacak Rendah, Menuju Survival Of The Fittest?

Pemerintah menggencarkan vaksinasi sekaligus menggenjot habis kapasitas pemeriksaan hingga 2,5 juta tes dalam sehari.

"Vaksin penting, tapi kan tidak memberikan efek kekebalan secara serta-merta, misalnya dua minggu setelah suntikan kedua baru terbentuk antibodi yang lebih sempurna. Nah, apakah warga masih punya waktu (untuk tak terpapar Covid-19) dalam waktu dua minggu? Belum tentu juga dengan situasi sekarang," jelas Arif.

"Kadang enggak fair seperti ini: pemerintah hanya menginstruksikan masyarakat mengikuti 5M. Memang penting, tapi itu tidak cukup kalau pemerintah tidak menjalankan kewajibannya, tes-lacak tadi, dan memberikan support ke masyarakat yang isolasi mandiri dan support ke orang yang tidak bisa kerja," lanjutnya.

Baca juga: Dibandingkan Hari Pertama PPKM Darurat, Penularan Covid-19 Saat Ini Lebih Parah

Presiden RI Joko Widodo sebelumnya mengeklaim ada penurunan kasus harian dan berkurangnya keterisian rumah sakit selama PPKM darurat, dan memberi sinyal relaksasi PPKM jika dua parameter itu tak berubah.

Banyak kalangan membantah narasi itu, karena penurunan kasus harian terjadi seiring turunnya tes.

Sementara itu, berkurangnya keterisian rumah sakit bukan disebabkan oleh penurunan arus pasien, melainkan bertambahnya alokasi kapasitas rawat rumah sakit untuk pasien Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com