Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyoal Pelecehan Seksual 3 Siswi PKL di Tangsel: Saat Korban Justru Dipertemukan dengan Pelaku

Kompas.com - 16/12/2021, 11:11 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -Tiga siswi SMK yang sempat menjalani pelatihan kerja lapangan (PKL) di kantor Kelurahan Jombang, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, menjadi korban pelecehan seksual. Dua di antaranya berusia 16 tahun dan satu korban berusia 17 tahun.

Ketiganya merupakan murid di sekolah yang sama. Pelecehan itu diduga dilakukan oleh salah satu pegawai honorer di Kelurahan Jombang.

Kepala Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangerang Selatan Tri Purwanto berujar, pihak sekolah ketiga korban itu sempat melakukan pertemuan untuk membahas kasus tersebut.

Namun, pertemuan itu tak hanya dihadiri oleh pihak sekolah dan para korban. Orang yang diduga pelaku pelecehan seksual itu turut diajak dalam pertemuan tersebut.

"Sebelumnya ada pertemuan oleh pihak sekolah, siswa, pelaku, pihak kelurahan (Jombang) juga ada," tutur Tri dalam rekaman suara, Rabu (15/12/2021).

Baca juga: 3 Siswi SMK Jadi Korban Pelecehan Saat Jalani PKL di Kelurahan Jombang Ciputat

Apa Dampaknya Bagi Korban?

 

Tri menyayangkan langkah pihak sekolah yang mempertemukan ketiga korban dengan terduga pelaku pelecehan seksual. Ia menilai langkah itu justru bisa berdampak buruk bagi psikis korban.

"Kita sayangkan kenapa itu dipertemukan gitu. Itu kan harusnya enggak boleh dipertemukan antara pelaku dengan korban. Traumalah itu," katanya.

Heran dengan kehadiran pelaku di tengah-tengah pertemuan, Tri pun memutuskan bahwa P2TP2A harus mengambil alih kasus pelecehan seksual itu.

"Saya kaget waktu saya ke sana, pelaku juga ada di sana. Makanya, saya enggak terlalu banyak di sana. Kita hanya informasikan undang-undang dan sanksinya ya sudah kita arahkan ke P2TP2A," urai Tri.

Baca juga: Dilecehkan Pegawai Kelurahan Jombang, 3 Siswi SMK Malah Dipertemukan dengan Pelaku

Wakil Ketua Komnas Perempuan Mariana Amiruddin juga menilai langkah mempertemukan korban dengan terduga pelaku hanya akan menambah rasa trauma bagi korban.

"Korban akan mengalami trauma dan tertekan dengan keberadaan pelaku," kata Maria.

Maria pun curiga langkah mempertemukan korban dan pelaku itu sengaja dilakukan agar kasus pelecehan seksual ini berujung dengan damai. Ini juga terlihat dari langkah pihak sekolah yang sampai saat ini tidak mau memberitahukan peristiwa pelecehan seksual ini kepada orangtua ketiga siswi.

"Ya itu untuk menutup dan menghentikan pembicaraan orang-orang. Jadi yasudah lah, tidak perlu ada yang tau. Jadi untuk memulihkan nama baik sehingga mengajak damai," kata Maria.

Baca juga: 3 Siswi Diduga Dilecehkan Pegawai Honorer Kelurahan Jombang, Orangtuanya Tak Diberitahu

Budaya Damaikan Korban dan Pelaku

Maria menambahkan, langkah mendamaikan korban dengan pelaku kekerasan seksual ini memang kerap terjadi dalam banyak kasus di masyarakat. Dalam kasus-kasus yang ekstrem, korban bukan hanya dipertemukan dengan pelaku, tapi juga sampai dinikahkan.

"Dampaknya korban akan mengalami trauma yang berulang seumur hidupnya," kata dia.

Maria menilai hal ini terjadi karena sejumlah faktor. Salah satunya adalah pandangan bahwa menjadi korban pelecehan seksual adalah aib yang memalukan.

"Biasanya ada adat atau budaya kita itu untuk pelecehan seksual memalukan, apalagi kalau sampai menimbulkan kehamilan. Akan dianggap zina makanya dinikahkan biar malunya hilang," ujarnya.

Baca juga: Anak Buahnya Lecehkan 3 Siswi SMK, Lurah Jombang: Kalau Tak Bisa Dibina, Dibinasakan Saja

Selain itu, faktor lain adalah kesadaran dan empati masyarakat yang masih minim terhadap kondisi korban pelecehan seksual. Banyak yang tidak paham bahwa korban pelecehan mengalami luka mendalam dan akan trauma jika kembali bertemu korban.

"Tapi banyak masyarakat yang tidak paham pada kondisi korban. Seringkali dianggap suka sama suka," katanya.

Maria mengatakan, idealnya kelompok masyaraka mendukung korban supaya bisa dipulihkan. Selain itu, pelaku pelecehan juga harusnya diproses secara hukum. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Potret Kemiskinan di Dekat Istana, Warga Tanah Tinggi Tidur Bergantian karena Sempitnya Hunian

Megapolitan
Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Dinas SDA DKI Targetkan Waduk Rawa Malang di Cilincing Mulai Berfungsi Juli 2024

Megapolitan
Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Pemprov DKI Teken 7 Kerja Sama Terkait Proyek MRT, Nilai Kontraknya Rp 11 Miliar

Megapolitan
Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com