Ida heran, dulu di masa kepemimpinan Gubernur Jokowi dan Ahok pembebasan lahan bisa berjalan.
Kini saat Anies menjabat, lahan tak kunjung dibebaskan dan mengakibatkan pada normalisasi yang mandek.
"Pemprov yang dulu bisa kok di tempat yang rawan yang kata orang enggak bisa dibongkar," ucap Ida, Desember 2021.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sering kali melontarkan pernyataan bahwa peristiwa banjir Jakarta disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kapasitas drainase yang kecil.
Terakhir, pada 19 Januari 2022, Anies menyebut banjir Jakarta disebabkan oleh curah hujan tinggi di atas 150 milimeter.
Dia mengatakan, wajar terjadi banjir karena kapasitas drainase Jakarta berkisar antara 50-100 milimeter.
"Curah hujan di atas 150 mm adalah kondisi ekstrem, kapasitas drainase di Jakarta berkisar antara 50-100 mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm per hari, pasti akan terjadi genangan banjir di Jakarta," ucap Anies.
Baca juga: Ironi Krisis Air di Jakarta Saat Banjir Tak Henti Melanda...
Pernyataan Anies seringkali jadi sorotan pengamat tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriyatna. Dia menilai, cara Anies yang menargetkan banjir Jakarta tetap terjadi jika hujan ekstrem adalah salah.
Jakarta memiliki peluang untuk menghindari banjir tersebut bila drainase di tengah-tengah Ibu Kota bisa diperluas kapasitasnya.
"Tinggal hitung saja, sekarang kita ketahui curah hujannya curah hujan ekstrem, (sedangkan) kita tahu bahwa kapasitas tata air dan drainase kita (hanya menampung curah hujan normal). Ya jelaslah air itu akan melimpas ke mana-mana," ucap Yayat.
Dia menginginkan Anies serius menangani banjir Jakarta dan tidak lagi menyalahkan hujan ekstrem.
Saat ini yang harus dilakukan Jakarta, ucap Yayat, bukan menyalahkan air hujan turun terlalu banyak, melainkan mengerjakan antisipasi agar air hujan yang terlalu banyak itu bisa tidak melimpas.
Baca juga: Dukcapil Akan Layani Perbaikan Dokumen Kependudukan bagi Warga Terdampak Banjir di Tegal Alur
"Contoh di pemukiman yang hampir sepertiga kawasan kumuh padat. Lihat struktur rumah dan drainasenya, begitu hujan air melimpas ke jalanan dan di gang-gangnya, akhirnya jalan-jalan (berubah) jadi sungai," kata Yayat.
Salah satu cara menata drainase tak lain adalah melakukan normalisasi sungai.
Dengan normalisasi, sungai yang sebelumnya oleh penduduk yang mengurangi kapasitas angkut sungai bisa kembali berfungsi normal dan mencegah terjadinya banjir.