Menurut dia, pemerintah provinsi DKI Jakarta harus mempercepat penanganan waduk yang berada di Ciawi sehingga penanggulangan banjir di Jakarta dapat diatasi dengan normalisasi sungai itu.
"Dengan normalisasi sungainya itu bisa dimaksimalkan kemudian penanganan banjir di Jakarta yang lingkupnya antarwilayah Bogor sampai Jakarta bisa lebih maksimal untuk diatasi," ujar Yayat.
Baca juga: Ironi Krisis Air di Jakarta Saat Banjir Tak Henti Melanda...
Di era kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sejak 2017, banjir pada 1 Januari 2020 disebut-sebut sebagai banjir terparah.
Tingkat keparahannya terlihat dari jumlah wilayah yang terdampak hingga korban meninggal akibat banjir.
Saat itu, intensitas curah hujan tinggi terjadi tepat menjelang malam pergantian tahun 2020. Hujan mengguyur kota Jakarta dari sore hingga pagi hari.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG di Landasan Udara TNI Angkatan Udara Halim Perdanakusuma (Jakarta Timur), curah hujan mencapai 377 milimeter (mm).
Kemudian, dari hasil pengukuran di Taman Mini (Jakarta Pusat), curah hujan tercatat sebesar 335 mm.
Baca juga: Penanganan Banjir Jakarta Era Anies, Normalisasi Mandek hingga Sumur Resapan Tidak Efektif
Angka ini merupakan curah hujan tertinggi yang menerpa Jakarta, dengan rekor sebelumnya ada pada tahun 2007 dengan catatan 340 mm per hari.
Meski demikian, sebagian warga tetap merayakan malam tahun baru walau kondisi hujan tak kunjung reda.
Keesokan harinya, air hujan mulai menggenangi beberapa wilayah di Ibu Kota. Genangan itu kian naik hingga setinggi 10-350 sentimeter.
Saat itu, selama empat hari air menggenangi Ibu Kota.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, sebanyak 35 Kecamatan yang terdampak banjir.
Baca juga: Gulungan Kulit Kabel di Gorong-gorong Jadi Salah Satu Penyebab Banjir
Hal ini menyebabkan saluran air dan daerah cekung tak cukup untuk menampung air yang akhirnya menyebabkan banjir.
Dilansir dari pantaubanjir.jakarta.go.id, pada Januari 2020, sebanyak 151 Kelurahan terdampak banjir dan sebanyak 36.445 orang mengungi karena tempat tinggalnya terendam.
Bencana tersebut menyebabkan 19 korban meninggal dunia.