TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri meringkus lima tersangka yang diduga sebagai kelompok pendukung Negara Islam dan Suriah (ISIS).
Lima tersangka itu diduga terkait dengan media penyebar propaganda kelompok teroris tersebut.
"Iya benar (lima tersangka ditangkap)," ujar Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar, Kamis (24/3/2022).
Kelima tersangka masing-masing berinisial MR, HP, MI, RBS, dan DK. Mereka ditangkap sejak 9 hingga 15 Maret di beberapa lokasi berbeda seperti Kabupaten Kendal, Jakarta Barat, Lampung, dan Tangerang Selatan.
Baca juga: Seorang Warga Tangsel Ditangkap Densus 88 Antiteror, Keluarga: Kami Enggak Menyangka
Salah satu yang diamankan yaitu warga inisial HP (35). Dia ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri di kediamannya di Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan.
HP ditangkap pada Selasa (15/3/2022) pukul 10.55 WIB. HP diduga sebagai anggota kelompok pendukung ISIS.
Berikut 5 Fakta terkait HP, warga Tangsel yang ditangkap Densus 88 Antiteror Polri:
HP adalah anak pertama dari lima bersaudara. Menurut pengakuan adiknya yang bernama R, HP dikenal keluarga sebagai sosok yang lembut.
"Keluarga pada enggak menyangka, keluarga menganggap ini musibah. Orangnya enggak seperti yang diberitakan. Setahu saya dia orangnya lempeng-lempeng saja," ujar R saat ditemui di kediamannya, Kamis (24/3/2022).
"Orangnya baik, lembut. Semua warga sini kenal keluarga saya karena kami asli warga sini. Malah kalau biasa kan berantem abang adek, kalau berantem sama saya saja dia nangis," lanjutnya.
R mengaku kaget saat mendengar kabar abangnya terlibat kelompok media sosial Annajiyah.
HP disebut terlibat sebagai editor video kanal Telegram "Annajiyah Media Center" dan pemilik akun Instagram @info.akhirzaman yang mengunggah poster maupun video Daulah.
"Setahu saya dia gaptek, makanya saya kaget pas dia disebut sebagai editor itu," ungkap R.
Pihak keluarga merasa sangat terpukul dengan kejadian itu. Mereka berharap HP dapat segera berkumpul kembali seperti biasa bersama keluarga.
"Kami sekeluarga sangat terpukul. Ayah sama mama bahkan tiap hari masih nangis mikirin terus," ujar R.