Namun, awalnya, dia mengajak teman-temannya untuk menjadi pengajar di Sekoci.
"Saat ini, sejak tahun 2020 alhamdulillah sudah resmi jadi yayasan. Jadi ada kepengurusan. Saya sebagai pendiri dan pembina, ada teman-teman untuk ketua, sekretaris, bendahara. Itu termasuk yang mengajar juga, saya juga ikut mengajar. Ada 20 orang," kata dia.
Ke depan, Ajeng yang sempat menempuh pendidikan D3 PAUD juga berencana untuk mendirikan sekolah secara bertahap.
Apalagi saat ini di rumahnya juga sudah menggelar sekolah PAUD bekerja sama dengan Sekolah Murid Merdeka (SMM).
Dia mengatakan, Sekoci yang didirikannya ingin bisa mencakup lebih luas dari semula hanya di kolong jembatan Cikini menjadi yayasan yang lebih menjangkau banyak.
"Tadinya kan cuma di Cikini saya mulai sebelum nikah, nge-kost di daerah situ, banyak manusia gerobak eh tapi enggak mungkin cuma di sini jadi ganti nama (kepanjangan) Sekoci," kata dia.
Lebih lanjut dia pun berharap agar pendidikan di Indonesia bisa lebih berpihak pada anak.
Ditambah lagi, ujar Ajeng, perempuan memiliki stigma agar tidak sekolah tinggi. Bahkan perjuangan Kartini pun yang paling berat adalah soal pendidikan.
Baca juga: Ujang Sarjana Ditahan Polsek Bogor karena Dituduh Aniaya Preman, Kuasa Hukum: Banyak Kejanggalan
"Harapan saya anak laki-laki dan perempuan semua bisa dapat pendidikan layak, sama rata dan jadi alat paling tajam untuk perempuan agar bisa setara, mengangkat derajatnya, dan peremluan diberi pilihan bisa mengenyam pendidikan tinggi dan berdaya dimana saja," ucap dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.