Makam yang tenggelam
Selain permukiman warga, Rudi mengatakan bahwa wilayah Kampung Kapuk Teko juga sebagian diisi pemakaman seluas 1 hektar.
Saat permukiman terendam, pemakaman pun turut terendam.
"Kalau tanah permukiman warga itu di tanah milik kita. Tapi, sebagian wilayah RT 10 itu adalah area pemakaman. Sekarang sudah terendam juga. Pemakaman itu berada tepat di pintu masuk kampung, tepat di sisi kanan dan kiri jembatan," ungkap Rudi.
Baca juga: Selain Rumah Warga, Makam Juga Terendam Air Selama Bertahun-tahun di Kampung Apung
Rudi mengatakan tanah pemakaman itu sudah ada sejak generasinya yang terdahulu.
"Makam itu sudah lama sekali. Dulu kakek saya juga bilang kalau makam tersebut sudah ada dari jaman kakeknya dia," kata Rudi.
Lebih lanjut, Rudi menceritakan, saat hari Lebaran tiba, beberapa orang akan terlihat menabur bunga dari atas jembatan.
Ia mengatakan, orang-orang tersebut ada peziarah. Mereka melakukan ziarah pada mendiang sanak keluarga yang dimakamkan di pemakanan yang sudah terendam banjir selama puluhan tahun itu.
"Kalau lebaran memang ada peziarah yang datang, karena kuburannya sudah terendam air, jadi mereka menabur bunga dari atas jembatan." ujar Rudi.
Legenda Kapuk Teko dan ulama
Di balik misteri terendamnya Kampung Kapuk Teko, Rudi mengatakan bahwa pemakaman itu juga memiliki ceritanya tersendiri.
"Dulu ada yg bilang makam tersebut diwakafkan oleh empat orang. Tapi ini menurut hasil omongan turun menurun saja," ungkap Rudi.
Suatu hari, Rudi pernah mendapatkan beberapa orang luar wilayahnya, mengunjungi perkampungan. Orang-orang tidak dikenal itu bertanya tentang makam seorang ulama.
"Beberapa orang luar daerah pernah datang ke sini dan bertanya 'katanya ada makam ulama di sini?'," kenang Rudi.
Rudi mengaku kaget dengan pertanyaan orang-orang tersebut. Pasalnya, ia dan warga di sana pun tidak mengetahui tentang adanya makam ulama di kampungnya.