Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Asa Nuryadi dan Lahuri Pupus di Pameran Bursa Kerja, Sudah Terlalu Tua untuk Melamar...

Kompas.com - 04/08/2022, 20:07 WIB
Mita Amalia Hapsari,
Ivany Atina Arbi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Di antara keramaian para pencari kerja yang berlalu-lalang di pameran bursa kerja, Nuryadi terlihat sedikit mencolok.

Tidak seperti pencari kerja lainnya yang berjalan terburu-buru dan bersemangat, Nuryadi terlihat sedikit lesu saat berjalan keluar dari bilik-bilik perusahaan di pameran itu.

Pria berusia 50 tahun itu mengaku tidak berhasil menaruh satu lembar lamaran pekerjaan pun di pameran bursa kerja tersebut.

"Alasannya, karena umur saya sudah 50 tahun. Di dalam, saya enggak taruh satu pun surat lamaran, enggak ngelamar sama sekali," ujar Nuryadi.

Menurutnya, puluhan perusahaan yang mengikuti bursa itu hanya mencari pekerja usia produktif.

Baca juga: Mata Penuh Harap Para Orangtua di Pameran Bursa Kerja: Semoga Anak Saya Bisa Bekerja

"Saya buat nanya ke petugas saja minder, jadi cuma ngecek brosur-brosur yang ada di dalam booth. Tulisannya di sana mencari pekerja 18-35 tahun, maksimalnya. Saya bingung, kelewat banyak umurnya," ungka Nuryadi.

Padahal, momen festival kerja tersebut sudah dinantikannya sejak lama. Ia bahkan sudah menyiapkan berlembar-lembar berkas lamaran di dalam tasnya.

"Sehari-hari saya cuma jadi pengemudi ojol (ojek online). Datang ke sini, berharap dapat kerjaan yang lebih baik," sebut dia.

Ia bahkan rela mengantre berjam-jam sejak pagi hanya untuk bisa masuk ke area pameran.

"Saya datang jam 9 pagi, tiga jam lah saya mengantre. Ke sini memang sengaja datang, rencananya saya mau ngelamar kerjaan. Saya sudah bawa dan cetak banyak surat lamaran dan CV, " ujar dia.

Baca juga: Cerita Pemuda Rela Antre sejak Pagi di Pameran Bursa Kerja, Demi Melamar Jadi Cleaning Service

"Tapi hasilnya saya enggak ngelamar sama sekali. Dari maksimal umur sudah jauh sekali, saya bingung," ungkap Nuryadi dengan pahit.

Nuryadi berharap, di tempat lain akan ada lowongan pekerjaan bagi pencari kerja yang berusia tua seperti dirinya.

Karena menurutnya, ada banyak orang seperti dia yang membutuhkan pekerjaan yang layak meski sudah berusia senja.

"Harapannya ada lagi lowongan pekerjaan yang tidak melihat umur. Kayak PPSU misalnya, enggak pake umur, harapannya pekerjaan kayak gitu yang harus diperbanyak. Kan dibutuhkan banyak orang juga. Jangan yang muda doang," Pungkas Nuryadi.

Selain Nuryadi, keadaan serupa juga dialami Lahuri yang sibuk berkeliling memfoto brosur-brosur lowongan pekerjaan di sekitar area pameran.

Baca juga: Gandeng 40 Perusahaan, Pemkot Jakpus akan Gelar Pameran Bursa Kerja di Mal Thamrin City

Pria berusia 40 tahun itu datang jauh-jauh dari Cipinang, Jakarta Timur, ke lokasi pameran di Jakarta Barat di sela-sela waktu bekerjanya sebagai pengemudi ojol. 

"Saya enggak jadi masuk antrean, soalnya pas saya lihat-lihat dari brosur anak-anak (pengunjung yang sudah selesai melamar kerja), tulisannya (syarat pelamar) maksimal 35 tahun," ungkap Lahuri yang masih memakai jaket ojolnya.

Lahuri mengaku datang ke bursa kerja untuk melamar sebagai cleaning service. Sebelum menjadi pengemudi ojol, dia melakukan pekerjaan yang sama hingga Covid-19 melanda dan dia pun dirumahkan.

Lahuri berharap pemerintah maupun perusahaan mau membuka lowongan pekerjaan untuk pelamar dengan rentang usia yang lebih luas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com