Dalam kasus debu di Rusunawa Marunda ini, kata dia, perlu diinvestigasi penyebabnya dan dicarikan upaya penyelesaian sehingga pihak perusahaan dapat melanjutkan usahanya namun tidak merugikan masyarakat.
Sementara itu, pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM), Cecep Supriyadi, berkata pencemaran debu batu bara kembali terjadi sejak Sabtu, 3 September 2022.
Namun, dia belum bisa memastikan pihak mana yang bertanggung jawab atas terjadinya pencemaran debu batu bara di Rusunawa Marunda.
"Kondisinya sangat memprihatinkan sekali, memang banyak sekali sisa debu-debu itu yang menempel di lantai hunian masyarakat di rusun maupun sekitarnya," ungkap Cecep saat ditemui Kompas.com, Senin (5/9/2022).
Akibat dari pencemaran debu batu bara tersebut, Cecep mengaku telah melaporkan kepada Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Utara. Ia pun masih menunggu respons dari laporannya tersebut.
Baca juga: Keluhkan Polusi Debu Batu Bara di Marunda, Warga: Anak-anak Batuk dan Pilek
"Kita belum tahu ya, karena kita masih menunggu hasil dan katanya akan diinvesitigasi segera. Tapi kita belum ada kabar ya, sampai saat ini pencemaran masih ada," jelasnya.
Pencemaran debu batu bara bukan kali ini saja terjadi. Pasalnya, warga Marunda pada Maret lalu pernah merasakan pencemaran debu batu bara.
Kala itu banyak warga, baik anak-anak maupun dewasa yang mengeluhkan gejala ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), gatal-gatal dan iritasi mata.
"ISPA dan gatal-gatal itu yang paling banyak dialami masyarakat. Pada saat pencemaran itu terjadi memang yang paling banyak dialami mereka kena ISPA, sesak napas dan terasa gatal di kulit," ucap Cecep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.