Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Asma, Bertahan Jadi Pengupas Kerang Hijau agar Anak Bisa Sekolah

Kompas.com - 13/09/2022, 15:07 WIB
Zintan Prihatini,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asma (38) merupakan seorang pengupas kerang hijau di Kampung Nelayan Cilincing, Jakarta Utara.

Pekerjaan yang telah digeluti selama lebih dari tujuh tahun ini dilakukan demi sang buah hati bisa bersekolah.

"Alasannya (menjadi pengupas kerang hijau) ya buat bantu-bantu suami. Bantu-bantu suami, biar anak sekolah yang bagus kan," kata Asma, saat ditemui Kompas.com, Senin (12/9/2022).

Asma bertahan untuk melakoni pekerjaan sebagai pengupas kerang hijau agar anaknya yang masih kelas I sekolah menengah pertama (SMP) itu bisa tetap melanjutkan pendidikan.

Baca juga: Melihat Lebih Dekat Pusat Pengupasan Kerang Hijau di Kampung Nelayan Cilincing...

"Supaya anak bisa sekolah, itu saja biar enggak kayak emaknya. Biar jadi anak yang sukses," ungkap Asma sembari membersihkan kerang.

Seperti yang dituturkan Asma, ia menjadi pengupas kerang untuk membantu suaminya. Terkadang, suami Asma ikut membantu mengupas kerang hijau di tempatnya bekerja.

"Suami kadang kerja kadang ada bantuin ngupas, kadang kerja katering, kalau lagi enggak ada (kerjaan) ya kerja begini (kupas kerang)," imbuhnya.

Dalam sehari Asma bisa mendapatkan Rp 60.000 bila kerang yang datang banyak. Namun, saat sedang sepi, dia hanya bisa mendapatkan dua karung kerang senilai Rp 30.000 per hari.

"Ini kan sekarungnya Rp 15.000. Sehari kadang (dapat) lima karung tergantung adanya. Kalau lagi banyak lima karung, kalau lagi enggak ada ya dua-tiga karung," kata Asma.

Meski begitu, dia berkata selalu merasa bersyukur apa pun keadaannya, baik saat kerang hijau sedang banyak atau sedikit.

"Ya kalau lagi ada barang (kerang hujau) senang, kalau lagi enggak ada ya alhamdulillah sih disyukuri aja," jelas Asma.

Baca juga: Imbas Kenaikan Harga BBM terhadap ABK di Kampung Nelayan, Kami yang di Bawah Makin Ribet

Pesisir Jakarta bagian utara, memang menjadi tempat tersibuk bagi para nelayan dan warga mencari nafkah.

Di sana, ada berbagai komoditas tangkapan laut mulai dari ikan, udang, cumi-cumi, rajungan, kepiting, hingg kerang hijau yang sering dikonsumsi oleh masyarakat.

Di pusat pengupasan kerang hijau Kampung nelayan Cilincing, pekerja terdiri dari laki-laki dan perempuan, meski mayoritas pekerjanya adalah ibu-ibu.

Mereka bertugas memisahkan daging kerang dari cangkangnya. Dimulai dari membersihkan kerang dengan air, mengupas daging, hingga perebusan dilakukan di tempat ini.

Para pengupas kerang pun membutuhkan kecepatan tangan, untuk menghasilkan rupiah. Dalam satu hari, setidaknya ada satu ton kerang yang didatangkan nelayan dari berbagai wilayah pesisir Jakarta Utara, Dadap, Banten dan Cirebon.

Nantinya, kerang yang sudah terpisah dari cangkangnya akan dijual ke Pasar Muara Angke, Pasar Muara Baru, dan tempat lainnya. Adapun kerang hijau di pusat pengolahan tersebut, dijual dengan harga Rp 25.000 per kilogram.

Baca juga: Menikmati Matahari Terbenam dan Senyum Elok Warga di Kampung Nelayan Kamal Muara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com