JAKARTA, KOMPAS.com - Beban kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut dirasakan oleh nelayan tradisional di Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Nelayan bernama Maryadi (47) mengaku sangat berkeberatan karena harga BBM naik. Pasalnya, ia harus mengeluarkan uang lebih besar untuk ongkos pembelian solar agar tetap bisa melaut.
Baca juga: Duka Nelayan Muara Angke, Mesin Mati saat Berlayar hingga Kapal Terbalik karena Badai
"Ya dampaknya berat sekali, di pom kan dijual Rp 6.800, nah kalau dijual ke nelayan kecil itu jadi 7.800," ujar Maryadi saat ditemui Kompas.com, Senin (26/9/2022).
Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan kenaikan harga BBM, pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Kenaikan ini berlaku untuk BBM subsidi pertalite dan solar serta BBM non-subsidi pertamax.
Maryadi menuturkan, biasanya membeli bahan bakar di pom bensin. Kendati begitu, ia kerap kali kesulitan mendapatkan solar.
Baca juga: Kisah Maryadi, Nelayan Tradisional Muara Angke yang Berjuang Sekolahkan Anak hingga Sarjana
Adapun solar subsidi yang biasa digunakan Maryadi untuk bahan bakar kapal naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
Meski dikatakan bersubsidi, nelayan tradisional justru mendapatkan harga jual solar yang lebih tinggi.
"Jadi engggak ada subsidi hitungannya sama aja, kenanya jadi mahal. Nelayan kecil yang terbebani," sambung Maryadi.
Para nelayan tradisional, kata dia, harus membeli solar seharga Rp 7.800 per liter.
Padahal, harga asli solar subsidi ialah Rp 6.800 per liter. Tindakan tak jujur dari petugas, menurut dia, menjadi penyebab mahalnya harga solar yang dijual kepada para nelayan.
Baca juga: Imbas Adanya Pulau G, Rute Melaut Nelayan Muara Angke Jadi Lebih Jauh
"Kalau kita beli di pom nelayan kecil enggak bisa beli. Itu liciknya orang pom begitu, jadi dia nguntungin lagi seribu. Kalau dari pemerintah Rp 6.800, udah sampai konsumen, nelayan kecil jadi Rp 7.800," imbuh dia.
Sebelum harga BBM naik, Maryadi menghabiskan uang sekitar Rp 105.000 untuk membeli solar. Kini ia perlu menggelontorkan uang lebih besar yakni sekitar Rp 160.000 untuk 20 liter.
"Terasa sekali makanya jarang berangkat kalau ikannya kosong kan rugi sekali," ucap Maryadi.
Baca juga: Nelayan Muara Angke Minta Diprioritaskan sebagai Penghuni Pulau G
Dia pun berharap agar pemerintah bisa kembali menurunkan harga BBM, supaya para nelayan tetap bisa melaut tanpa harus terbeban.