JAKARTA, KOMPAS.com - Zeva Siahaan (33), warga Kampung Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara berharap mendapatkan uang kerahiman yang layak sebelum ia membongkar bedeng miliknya.
Zeva memilih bertahan dan tak membongkar hunian semipermanen itu, lantaran uang yang ditawarkan hanya sebesar Rp 2,9 juta.
Mulanya Zeva sempat menyetujui pembongkaran lahan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Namun, pada akhirnya Zeva ogah menerima sejumlah uang yang ditawarkan lantaran dia anggap tak sesuai.
"Harapan saya inginnya manusiawi lah, pemberian uang kerahiman. Kalau bisa disamakan dengan nominal yang diberikan kepada Kampung Bayam, sekamar Rp 28 juta," sebut Zeva saat ditemui Kompas.com di Kampung Bambu, Senin (17/10/2022).
Baca juga: Siapa yang Menggusur Bedeng Warga di Dekat JIS, Pemprov DKI atau PT KAI?
Zeva mengaku sadar telah menempati lahan milik PT KAI, namun dia memilih bertahan sampai menerima uang ganti rugi yang layak.
"Walaupun setuju dibongkar, saya tetap ingin bertahan masih cari jalan keluarnya," imbuh Zeva.
"Kami bukannya enggak setuju dibongkar, tetapi masalah nominalnya kayaknya enggak manusiawi sekali," lanjutnya lagi.
Tak hanya Zeva, empat warga lainnya turut menolak adanya pembongkaran dengan alasan yang sama.
"Kami sadar diri ini lahan siapa, tetapi kami kan manusia. Masa dikasih nominal segitu untuk biaya transportasi, mau bayar kontrakan pun kurang," kata Zeva.
Baca juga: Soal Nasib Warga di Dekat JIS yang Digusur, Anies: Wah Enggak Tahu, Tanya PT KAI Saja
Sebagai informasi, sejak bedeng-bedeng dekat Jakarta International Stadium (JIS) dibongkar pada Selasa (11/10/2022) lalu, listrik di kampung ini pun mati.
Akhirnya, warga yang masih bertahan pun kesulitan untuk beraktivitas. Bahkan, untuk mencari nafkah juga kesulitan.
Zeva harus menjual barang-barang miliknya, hingga memulung kemasan botol minuman.
"Sebenarnya kami resah juga apalagi penerangan enggak ada kami mau melakukan apa pun enggak bisa, mencari nafkah juga bagaimana kami mau jualan enggak ada yang beli karena warga sudah enggak ada," papar Zeva.
Adapun untuk mandi dan mencuci, dia masih mengandalkan air sumur. Namun, ketika malam menjelang para warga terpaksa beraktivitas dalam suasana gelap dan hanya ditemani temaram lampu jalan.
Baca juga: Wagub DKI Sebut Penghuni Bangunan Liar Dekat JIS yang Digusur PT KAI Akan Direlokasi
"Lampu padam aktivitas kami jadi terganggu, pekerjaan terganggu. Bahkan sekolah cucu saya pun terganggu," ucap warga lain bernama Puji Lestari (58).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.